Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Jumat, 20 Maret 2015

Bisnis Konvensional VS Investasi di Pasar Modal, Mana yang Lebih Menguntungkan?

Rifan Financindo Berjangka - Apabila saya ingin membuat sebuah restoran berdasarkan kesukaan saya pada makanan, atau bahasa ngetrennya kuliner, maka apakah saya membutuhkan modal untuk membuka sebuah rumah makan? Tentu jawabannya adalah iya.


Kira-kira, apa sajakah yang harus direncanakan atau dipersiapkan untuk bisa menjalankan sebuah restoran? Yang pertama tentunya lokasi untuk membuka rumah makan. Katakanlah Anda tidak membeli, namun menyewa lokasi tertentu. Artinya Anda akan mengeluarkan sejumlah biaya sewa, misalnya besarnya Rp 50 juta rupiah untuk 1 tahun.

Lalu setelah menyewa, tentunya Anda perlu mempersiapkan dekorasi dan tata ruang, sehingga lokasi yang Anda sewa nyaman. Pada umumnya, biaya renovasi bisa bernilai hampir sama dengan biaya sewa untuk satu tahun. Jadi katakanlah Anda membutuhkan Rp 50 juta rupiah lagi.
Apakah cukup dengan biaya sewa dan renovasi?

Ya, tentunya Anda perlu mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk beroperasi, seperti kompor, kasir, meja, alat makan, dan masih banyak hal lainnya. Katakanlah nilai yang Anda keluarkan untuk persiapan alat dan perlengkapan adalah Rp30 juta. Maka, berapa modal yang Anda perlu siapkan di awal, untuk siap berjualan di rumah makan baru Anda? Ya, nilainya adalah Rp130 juta!

Berhenti sampai di sana? Tidak, karena yang kita hitung barulah modal awal. Bila selesai sampai di sana saja, artinya Anda tidak lagi ingin melanjutkan usaha rumah makan, dan Anda rugi sebesar Rp130 juta. Namun bila Anda lalu mulai menjalankan usaha Anda, yang sudah pasti hilang adalah Rp100 juta yang menjadi biaya sewa dan biaya renovasi.

Tidak berhenti di sana, Anda akan dihadapkan pada biaya bulanan, mulai dari biaya gaji hingga biaya listrik, air, telepon, dan tentunya ada biaya pemeliharaan bangunan serta hal lainnya.

Jadi bila pada bulan pertama dari berjalannya usaha Anda untung Rp 2 juta (setelah dipotong biaya), apakah secara keseluruhan usaha Anda mengalami keuntungan? Jawabannya belum, karena Break Even Point (BEP) Anda berada di level modal awal sebesar Rp130 juta, yang pasti akan bertambah sebesar Rp50 juta, bila sampai akhir tahun depan Anda harus kembali menyewa lokasi tersebut.

Itulah perhitungan sederhananya, bila Anda ingin membuka sebuah usaha, yang saya ilustrasikan sebagai usaha restoran atau rumah makan.

Apa kesimpulannya? Anda baru akan merasa untung secara keseluruhan bila modal usaha Anda yang sebesar Rp130 juta sudah kembali. Apakah angka itu besar? Apakah akan memakan waktu yang lama? Semua itu bergantung pada seberapa ramai usaha Anda tersebut.

Mari kita beralih ke transaksi pasar modal. Andaikan Anda adalah seorang pebisnis yang ingin menjadi pemilik perusahaan, baik secara jangka panjang maupun jangka pendek. Anda lalu mempersiapkan modal senilai Rp130 juta, tapi belum melakukan transaksi.

Bila Anda pada akhirnya batal melakukan pembelian atau transaksi, katakanlah untuk sebuah perusahaan obat-obatan yang saham perusahaannya dijual di pasar modal, maka apakah Anda rugi? Jawabannya tidak, Rp130 juta Anda tetap aman sentosa sampai Anda membeli sebuah perusahaan.

Namun sekarang, katakanlah, Anda membeli saham perusahaan farmasi tersebut senilai Rp130 juta rupiah. Dan ternyata, perusahaan farmasi itu mengalami kinerja yang baik, dan nilai atau harga perusahaan meningkat 2 persen atau sebesar Rp2,6 juta. Maka apa yang Anda dapatkan?
Ya, Anda mendapatkan keuntungan sebesar Rp2,6 juta.

Apakah Anda sudah balik modal atau breakeven? Jawabannya ya, karena saham perusahaan yang Anda jual akan mengembalikan uang Anda sebesar Rp130 juta, ditambah Rp2,6 juta atau 2 persen penambahan nilai.

Hal yang ingin saya sampaikan dalam artikel singkat saya kali ini adalah, di pasar modal, yang sudah diilustrasikan dengan sebuah perusahaan farmasi, Anda mendapat keuntungan secara lebih “aman”, karena modal Anda kembali sesaat setelah saham dari perusahaan farmasi tersebut dijual. Sedangkan untuk restoran, modal awal yang Anda setor tidak bisa Anda dapatkan sebelum ada keuntungan yang lebih besar daripada modal awal.

Mengapa saya menulis kata “aman” dengan menggunakan tanda petik? Karena bila Anda bertransaksi di pasar modal dan membeli saham perusahaan yang tidak baik dan berprospek, itu sama saja dengan terjebak dalam sebuah perusahaan yang merugikan, dan nantinya akan membawa Anda pada kerugian atas modal yang Anda investasikan.

Salam investasi untuk Indonesia!

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market. Ryan juga baru saja menerbitkan dua seri buku baru yang berjudul Bandarmology dan investasi pada properti Rich Investor from Growing Investment. Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia.

Sumber : Kompas

Tidak ada komentar :

Posting Komentar