Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Rabu, 19 November 2014

Dampak BBM Naik, Era Suku Bunga Tinggi Segera Datang?

Rifan Financindo Berjangka - Sinyal era bunga mahal makin dekat. Efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai menjalar. Tak hanya mengerek tarif transportasi dan harga kebutuhan pokok, harga baru BBM juga menyulut kenaikan bunga bank.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,75 persen. Kenaikan ini merupakan respon BI atas kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter. Kini, BI rate berada di level tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Agus Martowardojo, Gubernur BI, menyatakan, kenaikan BI rate bertujuan mengendalikan inflasi. Maklum, harga bahan kebutuhan pokok mulai merangkak naik. Estimasi BI, kenaikan harga BBM akan menyumbang tambahan inflasi 2,6 persen, sehingga inflasi pada tahun ini diprediksi 7,7 persen.
Selain BI rate, bank sentral juga menaikkan bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 8,00 persen, namun tetap mempertahankan bunga deposit facility sebesar 5,75 persen. Tujuannya agar bank lebih memilih mencari dana di pasar uang ketimbang meminjam dana dari BI.

Bisa jadi, tren bunga ke depan bakal menanjak. Apalagi, kalau Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menaikkan bunga acuan tahun depan menjadi 1 persen–1,5 persen pada medio tahun 2015.
Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual berpendapat, kerja pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla menunjukkan hasil di tahun depan, BI tak perlu kembali menaikkan BI rate demi menangkal aksi The Fed. "Perbaikan itu akan menggiring arus investasi asing dan mungkin saja rating Indonesia naik lagi," tutur David, kemarin.
Sebaliknya, jika kinerja pemerintah tak sesuai harapan, BI rate bisa saja mengekor besaran kenaikan bunga The Fed hingga 150 bps. "Tapi skenario terburuk itu tidak pernah saya bayangkan akan terjadi," imbuh David.
Kenaikan BI rate bakal berefek domino. Salah satunya, bakal menyeret kenaikan bunga kredit perbankan. Sejauh ini, para bankir belum mau berspekulasi tentang peluang menaikkan bunga kredit.
Bahkan, Direktur Utama Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan, meski BI rate naik 25 bps, bank belum tentu menaikkan bunga kredit. Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia, Achmad Baiquni, mengaku akan berhati-hati menghitung bunga kredit. Dia tak ingin kenaikan bunga kredit malah menaikkan kredit bermasalah. Aksi kerek mengerek bunga kredit juga bisa dicegah.
Misalnya, kata Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, jika pemerintah mampu menggelontorkan dana subsidi BBM ke kegiatan produktif, bank tidak punya alasan menaikkan bunga kredit.

Sumber : Kompas

Tidak ada komentar :

Posting Komentar