Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Kamis, 02 Juni 2016

Kamis Siang, Rupiah Melemah ke Posisi Rp 13.693/USD


PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (2/6)  pagi hingga siang, melemah sebesar 32 poin menjadi Rp 13.693 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp 13.661 per dolar AS.  Sentimen dari lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) yang belum menaikkan peringkat Indonesia ke level layak investasi atau investment grade, menjadi salah satu penahan laju mata uang rupiah.

 
Saat ini, bahwa S&P mempertahankan peringkat Indonesia pada level BB+ (double B plus) dengan outlook positif pada 1 Juni 2016.  Dalam siaran persnya, S&P menyebutkan peningkatan peringkat dimungkinkan apabila momentum perbaikan tata kelola kelembagaan, khususnya kerangka kebijakan fiskal, dapat menghasilkan pengeluaran pemerintah yang berkualitas, penurunan tren defisit fiskal, moderasi utang pemerintah dan terjaganya kewajiban kontijensi fiskal.

Meski S&P belum menaikan peringkat Indonesia, namun level peringkat Indonesia masih bagus, apalagi pemerintah juga konsisten melakukan berbagai upaya reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.  Di tengah kondisi ekonomi nasional yang cukup kondusif, ruang penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS masih terbuka, pelaku pasar akan dapat memanfaatkan momentum dari optimisme dari pemerintah.

Potensi rupiah dapat kembali bergerak menguat juga seiring dengan komitmen pemerintah yang terus berupaya menjaga harga bahan pokok menjelang bulan puasa yang jatuh pada bulan Juni dan Lebaran pada bulan Juli 2016.  Inflasi yang terkendali akan membuat laju rupiah menjadi stabil, bahkan cenderung menguat.
Selain itu, tekanan inflasi terus mereda. Mei lalu, seperti diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan mencapai 0,24%, dengan laju inflasi tahun kalender dan inflasi tahunan (year on year/yoy) masing-masing sebesar 0,40% dan 3,33%. Seperti biasa, kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, serta kelompok sandang menjadi penyumbang inflasi terbesar.

Pemerintah mengklaim telah berhasil mengendalikan harga barang guna mengamankan target inflasi RAPBN-P 2016 sebesar 4%. Apalagi inflasi Mei 2016 lebih rendah ketimbang Mei 2015 yang mencapai 0,5%, bahkan terendah sejak Desember 2009. Namun, sulit dibantah pula jika inflasi rendah memiliki korelasi langsung dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan menurunnya daya beli masyarakat saat ini.  Perhatian masyarakat akan tertuju ke siklus inflasi Ramadan dan Lebaran yang tinggal hitungan hari. Di negeri ini, sudah menjadi ‘hukum alam’ jika inflasi selalu melambung selama Bulan Puasa dan Lebaran. Tak peduli daya beli masyarakat sedang melemah atau ekonomi sedang melambat.

Dalam beberapa pekan terakhir, harga bahan kebutuhan pokok, terutama  pangan dan sandang, merambat naik. Hingga Juli mendatang, tekanan inflasi diperkirakan tetap tinggi karena pada periode itu terjadi pergantian tahun ajaran baru sekolah dan musim liburan.

Sekitar bulan Juni-Juli bisa menjadi puncak inflasi tahun ini. Maka kita tak bosan-bosannya mengingatkan pemerintah bahwa inflasi harus terus dikawal agar senantiasa berada pada level yang wajar, tidak kelewat rendah, tidak pula kelewat tinggi.  Pemerintah juga harus berupaya agar inflasi terjadi karena penawaran dan permintaan, bukan akibat spekulasi.

Di bidang moneter, kita menunggu langkah-langkah Bank Indonesia (BI) dalam menyeimbangkan dan mengeremdemand pull inflation (inflasi karena tarikan permintaan akibat membanjirnya likuiditas di pasar). Jika pemerintah dan bank sentral menjalankan kedua peran itu secara harmoni, inflasi bukan saja bakal terjaga pada level yang wajar dan sehat, tapi juga lebih mencerminkan mekanisme pasar.

sumber : financeroll.co.id

Tidak ada komentar :

Posting Komentar