Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Jumat, 27 November 2015

Sebar Malware di Android Cuma Butuh Rp 340 Ribu



PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Membicarakan platform mobile mana yang paling aman memang tak akan ada habisnya. Tiap orang pun akan punya pendapatnya sendiri-sendiri, begitu juga dengan pendapat pakar keamanan cyber dari Kaspersky.

Menurut Alexander Gostev, platform Android akan menjadi lahan basah bagi para dedemit maya. Bagaimana tidak, dengan banyaknya perangkat yang tersedia di berbagai rentang harga, pengguna Android akan jauh lebih banyak ketimbang pengguna platform mobile lainnya.

Ditambah lagi, ternyata cara untuk menyebarkan malware di OS robot hijau itu terbilang mudah. Pembatasan yang dilakukan Google di Play Store terlalu mudah untuk dilewati oleh para dedemit maya, pun biaya yang harus dibayarkan terbilang murah.

"Cukup bayar USD 25 ke Google, tiap developer sudah bisa memasukkan aplikasi ke dalam Play Store," ujar Gostev di Jakarta, Kamis (26/11/2015). USD 25 atau sekitar Rp 340 ribu (USD 1 = Rp 13.600) yang dimaksud oleh Gostev adalah biaya yang harus dibayarkan untuk mendaftarkan akun developer di Play Store.

Sementara App Store milik Apple, tahapan yang harus dilalui oleh para developer terbilang sulit dan sangat banyak. "Prosedurnya membutuhkan waktu berbulan-bulan," singkat Gostev.

Ditambah lagi biaya untuk menjadi seorang developer di iOS jauh lebih mahal. Per tahun, setiap individu harus menyetor USD 99 atau sekitar Rp 1,3 juta ke Apple untuk bisa terdaftar di program tersebut.

Gostev menambahkan, sulitnya untuk memasukkan aplikasi ke dalam App Store itu juga cukup menurunkan minat para dedemit maya untuk menyusupkan malware ke dalam aplikasi. Alhasil, malware yang beredar di App Store pun jumlahnya terbatas.

Sementara untuk platform di luar iOS dan Android pun sebenarnya tak terbebas dari malware, meski jumlahnya sangat sedikit. Contohnya BlackBerry. "Memang masih ada yang pakai BlackBerry?" kelakar Gostev.

Dikatakannya, memang saat ini masih ada yang menggunakan ponsel buatan BlackBerry. Dan menurutnya, masih ada satu atau dua malware yang menyerang platform asal Kanada itu. "Ada satu atau dua malware, karena BlackBerry berbasis Java, malwarenya pun menggunakan itu," tutup Gostev.

sumber : inet.detik.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar