JAKARTA, KOMPAS.com -
Nilai tukar rupiah diproyeksikan belum akan lepas sepenuhnya dari
tekanan pelemahan, Selasa (17/6/2014). Sentimen eksternal menjadi
penggerak rupiah hari ini.
Mengikuti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) juga ikut memangkas proyeksi produk domestik bruto Amerika Serikat (AS) 2014, hanya selang dua hari sebelumn FOMC meeting.
Walaupun data capacity utilization dan empire manufacturing diumumkan membaik, dollar index turun 0,15 persen. Hari ini ditunggu data inflasi AS yang diperkirakan bertahan di 2 persen secara tahunan. Angka penjualan rumah AS yang juga akan diumumkan diperkirakan lebih rendah dari periode sebelumnya.
Mengikuti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) juga ikut memangkas proyeksi produk domestik bruto Amerika Serikat (AS) 2014, hanya selang dua hari sebelumn FOMC meeting.
Walaupun data capacity utilization dan empire manufacturing diumumkan membaik, dollar index turun 0,15 persen. Hari ini ditunggu data inflasi AS yang diperkirakan bertahan di 2 persen secara tahunan. Angka penjualan rumah AS yang juga akan diumumkan diperkirakan lebih rendah dari periode sebelumnya.
Rupiah sendiri melemah bersama hampir seluruh mata uang di Asia dan di saat yang bersamaan IHSG melemah 0,83 persen pada perdagangan sebelumnya.
Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, dollar index yang menguat pada dini hari kemarin serta kekhawatiran kenaikan harga minyak berhasil mempertahankan sentimen pelemahan.
"Dini hari tadi, dollar index dan harga minyak Brent yang melemah berpeluang mengurangi tekanan terhadap rupiah hari ini," tulis riset Samuel Sekuritas Indonesia.
Dari data Bloomberg, pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini, rupiah melemah 0,21 persen ke posisi Rp 11.843per dollar AS. Kemarin mata uang garuda ini ditutup pada level 11.819.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar