Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Selasa, 17 Oktober 2017

RIFAN FINANCINDO | Setelah 30 Tahun, "Lobster Pohon" Bangkit dari Kepunahan


RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Seekor serangga batang Dryococelus australis yang hidup di Pulau Lord Howe, Australia bangkit dari kepunahannya.

Serangga berbentuk menyerupai lobster itu sempat dinyatakan punah pada tahun 1920an.

Tahun 1960an, sekelompok pemanjat tebing di Piramida Bola, tumpukan batu vulkanik yang terletak 20 Km tenggara Pulau Lord Howe, menemukan bangkai menyerupai D. australis. Tapi tak berhasil mengidentifikasi.

Alhasil, serangga itu resmi dinyatakan punah pada tahun 1986.

Kepunahan D. australis dipicu oleh tikus hitam yang terbawa oleh kapal karam di Pulau Lord Howe pada 1918. Kapal tersebut bersandar 600 Km (370 mil) di lepas pantai timur Australia.

Tak hanya D. australis yang dikunyah hingga punah oleh sang tikus. Lima burung, dua tumbuhan dan 12 invertebrata yang tak dapat ditemukan di tempat lain juga lenyap.

Berkat kerja keras para peneliti, pada 2001 beberapa serangga kecil ditemuan hidup di pohon teh di Piramida Bola. Tak pikir panjang, program pengembangbiakkan langsung dilakukan.


Analisis DNA kini membuktikan bahwa hewan yang dikembangbiakkan itu adalah D australis.

D australis yang ditemukan di Piramida Bola agak berbeda dengan yang di Pulau Howe. Secara genetik, perbedaannya sebesar satu persen. Namun demikian, ilmuwan menganggap perbedaan itu cukup kecil sehingga masih bisa dikategorikan spesies yang sama.

"Dalam kasus ini, sepertinya kita beruntung dan kita belum kehilangan spesies ini selamanya," kata pemimpin peneliti Alexander Mikheyev, seorang profesor di Okinawa Instiute of Science and Technology Graduate University seperti dikutip dari Science Alert pada Senin (9/10/2017).

"Kita mendapat kesempatan lain - tapi sangat sering (dalam kasus lain) kita tidak."

Saat ini, D. australis digolongkan sebagai hewan terancam punah. Tak lagi masuk dalam 868 spesies punah akibat manusia dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

"Serangga ini menggambarkan kerapuhan ekosistem pulau, dan khususnya, betapa rentannya perubahan buatan manusia seperti spesies invasif," kata Mikheyev.

"Hanya membawa satu kapal karam, dan fauna pulau itu telah berubah sedemikian mendasar."

Rencananya, D. autralis akan diintroduksi lagi ke Pulau Lord Howe. Agar tak terjadi kepunahan kedua, program pemberantasan tikus akan lebih dulu dimulai pada 2018.

sumber : sains.kompas.com

Baca Juga :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar