RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas anjlok pada perdagangan Senin dengan kembali ke level terendah 29 bulan pada sesi Jumat, karena dolar dan imbal hasil Treasury menguat di tengah ekspektasi Federal Reserve akan mengumumkan kenaikan suku bunga yang curam pada pekan ini.
Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD1.670,72 per ounce, bertahan di atas level terendah sejak April 2020 yang dicapai pada perdagangan.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat ditutup 0,3 persen lebih rendah menjadi USD1.678,20 per ounce.
Emas masih bertahan di sekitar posisi terendahnya dan sebagian besar dari ini adalah antisipasi dari pengumuman The Fed, Rabu," kata Daniel Pavilonis, analis RJO Futures.
Dia menambahkan bahwa imbal hasil US Treasury yang lebih tinggi juga menekan harga.
The Fed, pada akhir pertemuan kebijakan dua harinya, Rabu, diperkirakan menaikkan suku bunga 75 basis poin untuk memerangi inflasi yang sangat tinggi, dengan pasar bahkan melihat peluang 20 persen untuk kenaikan 100 bps.
Kekhawatiran tentang lonjakan inflasi juga mendorong bank sentral lainnya untuk memperketat kebijakan moneter.
Meski emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi mengangkat opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Dolar bertahan di dekat level tertinggi dua dekade, membuat emas yang dihargakan dengan greenback lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Imbal hasil US Treasury 10-tahun melesat ke level tertinggi dalam lebih dari 11 tahun.
Logam lainnya, perak kehilangan 1,2 persen menjadi USD19,32 per ounce, sementara platinum naik 1 persen menjadi USD915,91 dan paladium melambung 4,1 persen menjadi USD2.222,19 - RIFAN FINANCINDO
Sumber : suara.com