PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Sebelum menyampaikan testimoni di Senate Banking Committee pada
Selasa kemarin, Pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen
mengklarifikasi bahwa dirinya tidak akan berpihak pada referendum
Inggris pada 23 Juni mendatang. Meski demikian, bank sentral AS akan
terus memonitor situasi tersebut dengan sangat hati-hati. Menurut
Yellen, sikap hati-hatinya didasarkan pada kecemasan bahwa dampak Brexit
akan mengacaukan segala sesuatunya. Dia juga bilang, apa pun pilihan
warga Inggris, akan memiliki konsekuensi ekonomi yang akan relevan
dengan outlook ekonomi AS.
Jika Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, lanjut Yellen,
market akan bereaksi dengan sentimen risk off. “Kita mungkin akan
melihat adanya perpindahan investasi ke aset-aset aman, yang dapat
mendorong dollar atau mata uang lain yang masuk dalam mata uang safe
haven,” jelasnya. Risiko global, termasuk potensi Brexit, dan melemahnya
perekrutan tenaga kerja mengakibatkan bank sentral AS akan menerapkan
pendekatan hati-hati dalam menaikkan suku bunga.
Sementara, dalam testimoninya, Yellen menggarisbawahi bagaimana bank
sentral sangat sulit memutuskan kebijakan suku bunga pada Desember lalu
dengan adanya perlambatan pertumbuhan domestik dan agenda internasional.
Termasuk juga kecemasan atas ekonomi China dan anjloknya harga minyak
dunia. Yellen juga bilang, sejumlah awan gelap masih membayangi.
Pernyataan itu sepertinya memberikan sinyal bahwa tidak ada tekanan
dalam menaikkan suku bunga AS. “Pada saat ini, saya tidak akan
mengatakan bahwa ancaman dari suku bunga rendah terhadap stabilitas
finansial semakin meningkat. Saya rasa hal itu tidak naik saat ini. Tapi
tentu saja kita masih harus terus mengawasinya bersama karena dampaknya
pasti ada,” papar Yellen.
sumber : financeroll.co.id
Tidak ada komentar :
Posting Komentar