Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Senin, 08 Agustus 2016

Rupiah Diperkirakan Bergerak di Kisaran Rp 13.129 – 13.093/USD


PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Laju nilai tukar rupiah terlihat masih mencoba mampu berbalik menguat di akhir pekan lalu, setelah dirilisnya GDP kuartal II/2016 Indonesia yang jauh lebih baik dibanding kuartal sebelumnya.  Kurs rupiah pun diperkirakan akan cenderung kembali terkonsolidasi.  Diperkirakan laju rupiah akan bergerak dalam rentang support Rp 13.129/USD serta resisten Rp 13.093/USD dan cermati sentimen yang ada.

 
Tercatat PDB Indonesia kembali berada di area 5% dalam 2,5 tahun terakhir, dimana mampu bertumbuh 5,18% (vs 4,92%) QoQ. Meski terdapat potensi penguatan rupiah, namun masih terhalangi oleh pelemahan mata uang lainnya terhadap USD sehingga dapat mempengaruhi laju rupiah nantinya.

Dipangkasnya tingkat suku bunga Inggris oleh BoE menjadi 0,25% (vs 0,5%) dan penambahan stimulus menjadi £435 miliar dari sebelumnya £375 miliar menjadi sentimen positif bagi pergerakan laju USD seiring eksposur terhadap laju GBP kian berkurang.

Imbasnya tentu terhadap laju mata uang lainnya dimana cenderung mengalami pelemahan. Apalagi laju USD terus bergerak cenderung menguat seiring perbaikan ekonomi AS meski rilis klaim pengangguran naik tipis, namun terimbangi membaiknya factory orders sehingga makin melemahkan mata uang lainnya.

Laju rupiah pun secara tidak langsung ikut terimbas pelemahan dari mata uang lainnya. Rilis GDP yang meningkat dari periode sebelumnya (5,18% vs 4,91%) tidak mendapat respon signifikan.

Bank Indonesia (BI) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) pada pekan pertama Agustus 2016 menunjukkan inflasi minus atau deflasi sebesar 0,06%. Hal ini terutama dikarenakan penurunan dari pengeluaran angkutan udara dan pengeluaran untuk daging ayam.

Pada Juli 2016 inflasi bulanan tercatat sebesar 0,69%. Kelompok transportasi, termasuk tarif angkutan udara dan bahan makanan, menjadi penyumbang terbesar kenaikan indeks harga pengeluaran. Masing-masing kelompok mencatatkan inflasi sebesar 1,22%.

Memasuki bulan Agustus hingga Desember 2016, BI masih melihat kontributor utama inflasi masih dari kelompok pangan yang termasuk dalam kelompok harga bergejolak (volatile food). BI memprediksi inflasi komponen harga bergejolak atau inflasi pangan (volatile food) pada akhir 2016 berada sedikit di atas 5% atau sedikit lebih tinggi dibanding inflasi pangan tahun lalu sebesar 4,84%.

Karena itu, inflasi dari kelompok ini harus menjadi prioritas untuk dikendalikan dengan target bawah 5%. Tekanan utama diyakini akan datang dari musim kemarau basah atau La Nina yang bisa mengganggu distribusi dan produksi bahan pangan.

Inflasi harga barang yang diatur pemerintah, juga menunjukkan masih ada potensi tekanan. Namun, tak signifikan karena aspeknya dapat dikendalikan pemerintah.

sumber : finacneroll.co.id

Tidak ada komentar :

Posting Komentar