Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Selasa, 14 Agustus 2018

RIFANFINANCINDO - PENGALAMAN SELEKSI KERJA PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA



RIFANFINANCINDO BANDUNG - [Cerita pengalaman proses rekrutmen pekerjaan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya, menurut pandangan saya dan berusaha untuk tidak memihak,

menjatuhkan atau mengubah sudut pandang pembaca menjadi negatif terhadap perusahaan. Tujuan tulisan ini semata-mata hanya untuk membagi pengalaman dan

memberi gambaran kepada pembaca yang mungkin akan melalui proses rekrutmen yang sama. Selamat membaca dan berpikir secara bijak.]

Pengalaman seleksi di PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA ini dimulai saat saya salah masuk Job Fair. Bukan salah masuk sih sebenernya, tapi Job Fair yang saya

datangi saat itu tidak sesuai dengan ekspetasi. Job Fair yang saat itu diselenggarakan oleh salah satu SMK Negeri di Bandung ternyata hanya berisi sedikit

perusahaan dan dominan diperuntukkan bagi lulusan SMA/SMK. Sehingga saya masuk ke dalam Job Fair itu tidak sampai 10 menit sudah selesai melihat seluruh

perusahaan dan langsung keluar. Untung saja masuknya nggak bayar hehe.

Nah, di Job Fair itu saya bertemu dengan PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA. Kebetulan stand perusahaan ini berada di paling ujung dekat pintu masuk, jadi saat

saya baru masuk ruangan langsung disambut mbak-mbak yang memberikan pamflet lowongan di RFB.  Di pamflet itu tertulis beberapa lowongan pekerjaan, tapi saya

rasa tidak ada yang sesuai dengan saya karena kebanyakan berhubungan dengan keuangan. Lalu di poin nomor terakhir ada lowongan Management Trainee dan saya

tertarik untuk menanyakannya. Kemudian saya duduk di stand dan disambut hangat. Saya menanyakan perusahaan ini bergerak di bidang apa, mbaknya bilang

perusahaan di bidang keuangan. Lalu saya bilang kalau saya lulusan Arsitektur, bagian apa dong yang cocok dan bisa saya lamar. Saat itu mbaknya menyarankan

saya untuk langsung mencoba bagian Assistant Relationship Manager, dengan alasan saya lulusan S1 dan cantik. Nggak ngerti juga apa hubungannya sama fisik

wkwk. Tapi saya mendengar disarankan untuk langsung mendaftar di bagian itu langsung tertarik, karena di pamflet lowongan tersebut bagian ARM termasuk

lowongan yang jabatannya paling lumayan. Kemudian saya menanyakan ARM itu emang job descnya ngapain kok mbaknya bisa yakin saya cocoknya mencoba bagian itu.

Tapi mbaknya tidak mau menjelaskan karena untuk job desc nanti bisa ditanyakan langsung saat interview. Yasudah saya coba saja mendaftar dan kalau lolos

akan langsung diinfokan sore itu juga, dan besoknya langsung interview.

Sorenya, saya mendapat telepon dari RFB bahwa saya lolos administrasi dan diminta datang interview keesokan harinya. Saya yang belum paham RFB ini

sebenarnya perusahaan apa, akhirnya saya googling dan hasil yang muncul sangat mengagetkan. Banyak sekali artikel yang menjurus mengenai penipuan yang

dilakukan RFB. Saya buka web RFB dan artikel-artikel lainnya bukan langsung paham, tapi semakin bingung ini sebenarnya perusahaan apa. Saya baca per kalimat

per kata, tapi saya yakin ini bahasa perekonomian yang saya nggak pernah tau hehe. Tapi saat saya share dengan pacar saya, dia bilang sepertinya ini

perusahaan saham. Yasudah saya anggap saja seperti itu, walaupun saya juga bingung kenapa mbak yang di Job Fair cuma bilang perusahaan keuangan, dan kenapa

banyak sekali artikel penipuan. Tapi saya masih mencoba positive thinking dan datang panggilan interview keesokan harinya.

Saya yang sudah diberi info lengkap lokasi tes langsung tau dimana tempatnya karena kantor RFB ini berada di gedung office dan apartment yang berseberangan

dengan salah satu mall di pusat Kota Bandung. Saat saya keluar dari lift dan melihat penampakan resepsionis kantor RFB… Wow! Kemudian masuk ke area kantor,

menuju ruang peserta… WOW! Saya mau kerja di kantor ini! Super zuper cozy banget nget! Kantornya besar dengan banyak ruangan yang besar-besar juga, dan tiap

ruangan juga diisi banyak sekali karyawan. Pikirannya saya semakin positif dan menganggap ini perusahaan besar yang nggak mungkin melakukan penipuan.

Penipuan itu pasti cuma karena kesalahpahaman. Apalagi ini perusahaan di bidang keuangan, saham dan hal-hal sensitif seperti itu. Begitu pemikiran saya saat

itu. Saya masuk ke ruang yang ternyata itu ruang khusus training room, khusus untuk pendaftar kerja dan tes seleksi karyawan baru. Ruangannya seperti ruang

meeting dengan meja kotak dan kursi-kursi mengelilingi, serta LCD proyektor yang canggih hehe.

Disitu peserta disuruh duduk dan menunggu dipanggil satu persatu untuk dibawa ke ruang atasan yang langsung akan menginterview. Herannya saat itu saya

datang tidak terlalu awal tapi malah cepat dipanggil hehe. Saya langsung dibawa ke sebuah ruang di dekat resepsionis. Ruangan itu lebih tertutup dibanding

ruang lainnya karena tidak memiliki jendela dan berukuran lebih kecil. Begitu dibukakan pintu, ternyata ruangan itu hanya berisi 1 orang wanita yang

sepertinya sudah memiliki jabatan tinggi di RFB. Yang saya perhatikan saat itu komputer di meja ibu tersebut menampilkan grafik yang terus bergerak.

Walaupun saya tidak paham, tapi saya merasa itu grafik saham dan sejenisnya. Jadi saya semakin yakin perusahaan ini memang bergerak di bidang saham.

Dari awal saya masuk ruangan tersebut, ibu yang akan menginterview saya ini sangat ramah dan berkali-kali memuji saya cantik sekali. Haha bukan cuma bikin

kepedean, tapi ini jadi poin penambah kepercayaandiri saya, sampai saya bingung harus menjawab seperti apa ketika ibu tersebut lagi-lagi memuji saya cantik.

Beberapa saat setelah saya duduk di hadapannya, ibu tersebut membaca berkas lamaran saya dan menanyakan sedikit tentang saya. Tentang pendidikan, tempat

tanggal lahir, dan memastikan saya melamar posisi apa. Ibunya juga menanyakan apa saya sudah tau job desc posisi tersebut, kemudian saya ceritakan yang

dibilang mbak penjaga stand saat Job Fair. Lalu ibu tersebut mengiyakan dan bilang untuk posisi dan job desc nanti akan disesuaikan dengan hasil psikotest.

Jadi hari itu cukup interview sebentar hanya untuk mencocokan kebenaran berkas dengan kehadiran peserta, kemudian saya diberi kesempatan untuk mengikuti

psikotest keesokan harinya. Begitu informasi yang ibu tersebut berikan. Tidak sampai 15 menit saya sudah selesai dan boleh pulang.

Keesokan harinya, saya datang kembali untuk mengikuti psikotest. Di kantor yang sama dengan ruang yang berbeda karena psikotest ini diikuti seluruh peserta,

kurang lebih 50 orang, dan harus duduk layaknya tes. Sehingga peserta ditempatkan di ruangan yang sudah di setting dengan kursi tes yang berjejer-jejer,

tapi ruangan ini tidak kalah nyamannya dengan ruang sebelumnya. Sambil menunggu tes dimulai, ada satu hal lagi yang saya kagumkan pada kantor RFB. Setiap

hari non stop terdapat alunan musik yang dipasang melalui speaker kantor. Setiap pagi musik yang terpasang adalah sholawat dan lagu-lagu islami, kemudian

agak siang dilanjutkan dengan lagu-lagu pop barat terkini. Saya yang seorang muslim dan masih muda merasa mengapresiasi suasana kantor yang seperti itu.

Kemudian psikotest dimulai dengan dipandu oleh mbak-mbak HRD. Saat tes berlangsung, ada lagi yang saya kagumkan dari ruangan kantor ini. Bukan hanya ACnya

yang sejuk dan nyaman, LCD yang digunakan ternyata canggih dengan sistem papan LCD yang sangat besar, touchscreen dan menggunakan spidol dan penghapus

khusus yang memudahkan pemandu dalam memandu jalannya tes. Mungkin di kantor-kantor lain sudah banyak yang menggunakan ini ya. Tapi bagi saya yang baru

pertama kali tau, ini sangat memukau hehe. Tapi………… ada yang saya sayangkan dan herankan pada psikotest RFB ini. Psikotest seleksi kerja yang menurut saya

merupakan tes yang formal dan sakral ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Psikotest ini terdiri dari beberapa bagian tes. Pada bagian tes

koran/pauli, mbak-mbak pemandu tidak hanya memberikan penjelasan di awal, tapi sejalan dengan berjalannya tes malah keliling untuk memberi arahan langsung

kepada peserta tes yang kurang paham. Dan itu tidak hanya satu-dua peserta yang tidak paham dan dibimbing pengerjaannya, tapi banyak sekali. Sehingga tes

ini yang seharusnya ada waktu tertentu untuk memberi batas garis, malah seperti lamaaa sekali karena mbak-mbak pemandunya sibuk membantu banyak peserta.

Kemudian pada psikotest bagian DISC, yang seperti tes kepribadian ada 4 poin itu, baru kali ini saya melakukan test DISC yang langsung dikoreksi dan dinilai

sendiri. Jadi yang biasanya saya hanya mendapatkan 1 lembar kertas pada tes DISC, tapi saat di RFB ini saya mendapatkan 3 lembar kertas tes DISC. Lembar

pertama sama seperti tes DISC lainnya yaitu poin-poin yang harus kita pilih mana yang ‘paling’ dan mana yang ‘kurang’. Lembar kedua berisi simbol-simbol,

dan peserta diminta untuk memindahkan jawaban DISC di halaman pertama ke simbol-simbol di halaman kedua. Lalu lembar ketiga berisi kolom score penghitungan

jumlah simbol, yang dibawahnya langsung dibentuk grafik. Walaupun secara umum peserta tidak akan tau maksudnya, tapi dari hasil score dan grafik itu

sebenarnya bisa membuat peserta membaca bagaimana strategi mengerjakan DISC.

Kemudian saat bagian tes selanjutnya yaitu tes gambar. Tes ini ada sekitar 40 soal yang akan muncul di layar LCD. Tiap soal sudah memiliki waktu otomatis

sendiri, jadi setiap beberapa menit soal akan otomatis berganti ke soal berikutnya. Model soal ini ada beberapa gambar sebagai soal, kemudian peserta

disuruh memilih jawaban gambar mana yang cocok untuk menjadi gambar yang kosong atau cocok untuk melanjutkan gambar sebelumnya. Nah, karena pada saat tes

ini soal sudah otomatis berjalan, mbak-mbak pemandu tidak menjaga ruangan sehingga peserta sangat gaduh dengan saling berdiskusi dengan temannya apa jawaban

yang menurut mereka benar. Suasana seperti itu sangat menganggu konsentrasi.

Model psikotest di RFB ini yang saya sayangkan dan herankan. Perusahaan besar seperti ini kenapa model psikotestnya seperti tidak ada sakralnya sama sekali.

Seolah tes ini hanya formalitas saja. Namun, saya tetap berpositive thinking menganggap mungkin karena peserta yang mengikuti psikotest di RFB ini dari

berbagai kalangan, jenjang pendidikan dan banyak yang belum memiliki pengalaman psikotest. Setelah psikotest selesai, diumumkan bahwa hasil akan diumumkan

besok. Seluruh peserta diminta hadir kembali besok untuk mengikuti pengarahan perusahaan atau semacam presentasi perusahaan.

Singkat cerita, esok harinya dilaksanakan presentasi perusahaan oleh HRD RFB, seperti bapak koordinator. Presentasinya sangat menarik dimulai dari jam 9.00

sampai 12.00 tanpa rasa bosan sama sekali, karena bapaknya seolah lebih banyak menceritakan real story yang menarik perhatian peserta. Dari presentasi

tersebut, sudah bisa menyimpulkan sebenarnya RFB perusahaan apa, bergerak di bidang apa, tapi tetap belum jelas apa yang harus dikerjakan di perusahaan

tersebut. Setelah presentasi selesai, ada beberapa staff yang masuk dan membawa daftar nama peserta. Tiap staff memanggil nama-nama di daftar masing-masing

dan diminta untuk mengikuti. Kebetulan saya dipanggil oleh staff terakhir, sehingga tetap berada di ruang tersebut bersama sekitar 30 orang (paling banyak

dibanding yang lainnya). Kemudian mbak staff tersebut menjelaskan bahwa kami semua lolos tes dan sudah dibawa menjadi tiap-tiap divisi. Ada seorang peserta

yang menanyakan apa memang semua yang dipanggil tadi lolos? Dan ternyata, iya, semua peserta yang hari itu hadir lolos. Entah lalu apa manfaat dari

rangkaian tes sebelumnya. Kemudian mbak tersebut menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan berikutnya adalah 2 hari pengarahan dan 1 bulan training. Pengarahan

langsung dimulai besok untuk menjelaskan lebih detail tentang perusahaan, job desc, gaji, dll.

Keesokannya saya datang untuk menghadiri pengarahan hari pertama. Disini segala keyakinan saya tentang nikmatnya perusahaan ini mulai runtuh. Saat

pengarahan langsung dipimpin oleh Kepala Divisi yang melakukan presentasi mulai dari cerita pengalaman beliau masuk ke RFB, apa itu RFB, gaji yang dia dapat

saat awal dan gaji terbesar, kemudian sistem kerja, serta job desc dan gaji. Disini saya merasa sedikit kecewa, tapi perusahaan ini memang dari awal tidak

pernah salah. Memang benar saya diarahkan menjadi Assistant Relationship Manager, karena memang bagian itu adalah posisi paling bawah untuk kemudian naik

melalui jenjang karir ke posisi Manager yang juga banyak tingkatannya. Kemudian untuk job desc, kami harus mencari data sebanyak-banyak untuk melakukan

kontak dan sosialisasi produk dari Kementrian Perdagangan, berupa saham dan emas. Dari tiap produk yang dapat kita closing (laku) maka akan mendapat komisi

langsung dari Pemerintah. Mungkin memang gaji pokoknya nggak seberapa, malah untuk posisi Asisten Manager belum sampai UMK Bandung, tapi komisi itu yang

akan membuat nominal gaji jadi luar biasa. Semakin banyak closing, semakin tinggi komisi yang didapat. Nah, sayangnya saya bukan tipe orang yang bisa

bekerja dengan sistem seperti itu. Disinilah keraguan saya memuncak, apalagi ditambah data awal yang harus digunakan untuk dihubungi adalah kerabat terdekat

seperti keluarga, teman, saudara, tetangga, pokoknya semua orang yang kita kenal dan berpotensi. Wah saya semakin nggak bisa. Dimulailah masa galau saya.

Antara ingin melepas (lagi) karena tidak akan nyaman dan ingin mencoba karena sudah bosan menganggur.

Hari kedua pengarahan, hari pertama training dan hari kedua training saya tidak datang, karena kebetulan ada acara keluarga di luar kota dan tidak enak

badan. Pada hari ketiga training saya mencoba menghubungi mbak RFB untuk menanyakan apa saya masih bisa hadir ke kantor, dan ternyata dibolehkan. Saya

datang dan langsung beradaptasi dengan pekerjaan yang harus saya lakukan. Kagetnya, dari sekitar 30 orang peserta baru di divisi saya, hanya 4 orang

(termasuk saya) yang masih bertahan dan hadir di RFB hari itu. Saya mencoba bertahan dengan sistem kerja yang bukan saya banget. Saat itu saya baru diminta

untuk menulis data kontak kerabat terdekat yang sekiranya mau diajak dan mendengarkan sosialisasi RFB. Saya tulis saja beberapa keluarga, dosen dan orang-

orang lain yang kontaknya saya dapat dari teman. Tapi disini saya semakin merasa terpaksa. Saya merasa seperti orang yang sangat memanfaatkan orang lain dan

menjual data pribadi saya kepada perusahaan. Saya yang biasanya menghubungi teman-teman murni untuk urusan pertemanan, kali ini saya rela pasang muka tembok

menghubungi banyak teman saya hanya untuk meminta kontak dosen atau bos mereka.

Hari itu karena seharusnya hari cuti bersama, jadi RFB hanya masuk setengah hari sampai jam 1. Kemudian dilanjutkan materi sampai jam 4. Sama aja nggak

masuk setengah hari ya haha. Katanya, memang setiap hari setelah kerja akan ada materi, untuk hari biasa dimulai jam 4. Saat itu materi diisi salah satu

Manager di divisi saya juga, menjelaskan tentang cara presentasi kepada calon nasabah saat sosialisasi. Dari sekian panjang materi beliau, ada satu kalimat

beliau yang saya jadikan quote saat itu juga dan membuat saya sadar.

“Setiap orang pasti punya jatah gagal. Jadi jangan sedih saat kamu sudah berkali-kali mencoba dan masih belum berhasil. Itu tandanya Tuhan menyuruh kamu

habiskan dulu jatah gagalmu. Baru setelah itu kamu rasa nikmatnya berhasil/sukses.”

Dan entah kenapa kegalauan saya beberapa hari untuk melepas kesempatan kerja di RFB jadi lenyap. Saya jadi yakin untuk tidak memaksakan diri di RFB. Mungkin

Allah memang belum memberikan pekerjaan untuk saya karena saya sudah diberi banyak keberhasilan sejak dulu, dan sekarang saya harus menghabiskan jatah gagal

saya sebelum merasakan keberhasilan lagi.

Buat pembaca yang mungkin akan menjadi staff RFB, jangan terpengaruh dengan berita-berita yang membicarakan minusnya RFB. Semua perusahaan pasti memiliki

plus minus. Menurut saya, jika ada orang yang berpotensi dan bisa bekerja dengan sistem kerja RFB yang seperti itu, saya yakin 100% jalannya akan sangat

amat sukses. Karena saya melihat langsung bukti nyata orang-orang di RFB yang penghasilan mereka bukan lagi satuan atau belasan juta. Sayangnya saya justru

memiliki kekurangan di bidang perusahaan ini, jadi saya harus melewatkan kesempatan jadi konglomerat ekspress :’)
baca juga : 
PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu 
RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK 
RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat


Tidak ada komentar :

Posting Komentar