JAKARTA, KOMPAS.com
- Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia Fauzi Ichsan
memperkikan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan kembali menguat
seusai pemilihan presiden. Hal ini seiring dengan berkurangnya
ketidakpastian politik.
"Kita melihat pasca pilpres terutama pasca pembentukan pemerintahan baru bulan Oktober nanti, rupiah diperkirakan akan menguat terus ke arah Rp 11.500 hingga Rp 11.600 per dollar AS," kata Fauzi di Hotel Mulia Senayan, Kamis (3/7/2014) malam.
"Kita melihat pasca pilpres terutama pasca pembentukan pemerintahan baru bulan Oktober nanti, rupiah diperkirakan akan menguat terus ke arah Rp 11.500 hingga Rp 11.600 per dollar AS," kata Fauzi di Hotel Mulia Senayan, Kamis (3/7/2014) malam.
Perkiraannya tersebut didasarkan kepada beberapa alasan. Pertama, ia memandang defisit transaksi berjalan Indonesia akan lebih kecil pada semester II tahun ini, dengan tetap tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate.
Informasi saja, BI melaporkan defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2014 mencapai 2,06 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB atau 4,2 miliar dollar AS. Adapun BI rate saat ini berada pada posisi 7,5 persen.
"(Alasan) yang kedua, dengan ketidakpastian politik yang berkurang, otomatis aliran modal asing akan kembali masuk ke Indonesia. Ini akan membuat rupiah menguat kembali ke arah Rp 11.600 di akhir tahun 2014," ujar Fauzi.
Beberapa waktu belakangan, nilai tukar rupiah sempat menyentuh kisaran Rp 12.100 per dollar AS. Berdasarkan kurs tengah BI kemarin, rupiah berada pada level Rp 11.963 per dollar AS, melemah dibandingkan pada 2 Juli 2014 sebesar Rp 11.854 dan Rp 11.798 pada 1 Juli 2014.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar