Nilai tukar rupiah kembali
diuji kekuatannya pada perdagangan Kamis (24/7/2014). Mata uang garuda
masih berpotensi naik di tengah arah penguatan mata uang dollar AS.
Walaupun IMF kembali memangkas proyeksi PDB AS ke 1,7 persen secara tahunan untuk 2014, dollar index masih bertahan pada tren penguatannya. Penguatan dollar juga diikuti oleh naiknya yield US Treasury 10 tahun ke 2,47 persen.
Pagi ini ditunggu data HSBC Manufacturing PMI China yang diperkirakan membaik. Manufacturing PMI Zona Euro dan AS juga akan diumumkan malam nanti.
Walaupun IMF kembali memangkas proyeksi PDB AS ke 1,7 persen secara tahunan untuk 2014, dollar index masih bertahan pada tren penguatannya. Penguatan dollar juga diikuti oleh naiknya yield US Treasury 10 tahun ke 2,47 persen.
Pagi ini ditunggu data HSBC Manufacturing PMI China yang diperkirakan membaik. Manufacturing PMI Zona Euro dan AS juga akan diumumkan malam nanti.
Euforia hasil pilpres berhasil membantu rupiah untuk memimpin penguatan di pasar Asia hingga Rabu (23/7/2014) sore. Penguatan tajam rupiah mulai menarik perhatian BI yang mengatakan akan melakukan intervensi jika rupiah semakin menjauh dari nilai fundamentalnya.
Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, bagaimana pun dinamika politik masih akan menjadi topik utama pergerakan rupiah untuk beberapa waktu ke depan. "Pagi ini dorongan penguatan rupiah diperkirakan berkurang. Data PMI China yang baik pagi ini berpeluang menambah daya dorong penguatan mata uang Asia terhadap dollar AS," tulisnya.
Sementara pada awal perdagangan Kamis pagi ini di pasar spot, seperti dikutip dari data Bloomberg, rupiah berada di zona merah. Hingga sekitar pukul 08.36 WIB, mata uang garuda ini melemah ke posisi Rp 11.533 per dollar AS, atau turun 0,22 persen dari penutupan kemarin pada 11.507,5.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar