Index Price || LOCO GOLD (Open Price 1942.25 | High 1947.10 | Low 1941.30 | Close 1939.70) || HANSENG (Open Price 19227.84 | High 19272.58 | Low 19087.66 | Close 19252.00 || NIKKEI (Open Price 31830.00 | High 31985.00 | Low 31560.00 | Close 31850.00 || Index Price 11 Oktober 2013|| LOCO GOLD (Open Price 1288.07 | High 1288.80 | Low 1278.80 | Close 1282.80) || HANSENG (Open Price 23,022 | High 23,049 | Low 22,982 | Close 23020/40 || NIKKEI (Open Price 14,290 | High 14,365 | Low 14,270 | Close 14340/60 ||

Rabu, 30 September 2020

PT Rifan Financindo Berjangka - Emas Melonjak 20,9 Dolar Dipicu Penurunan Dolar Dan Stimulus Optimisme


PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Emas kembali menguat untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dipicu oleh berlanjutnya pelemahan dolar dan pencarian harapan atas stimulus fiskal tambahan untuk ekonomi Amerika, menjelang debat pertama calon presiden AS.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember divisi COMEX New York Mercantile Exchange, melonjak 20,9 dolar AS atau 1,11 persen menjadi ditutup pada 1,903,20 dolar AS per ons, terangkat 16 dolar AS atau 0,86 persen menjadi 1,882,30 dolar AS per ons.

Emas berjangka turun 10,6 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1,866,30 dolar AS pada Jumat, setelah menguat 8,5 dolar AS atau 0,45 persen menjadi 1.876,90 dolar AS pada Kamis, dan anjlok 39,2 dolar AS atau 2,05 persen menjadi 1,868,40 dolar AS pada Rabu lalu.

Ketika kami melihat prospek stimulus yang lebih baik, kami memahami ada kecenderungan melemahnya mata uang domestik, dalam hal ini dolar melemah dan mendukung emas dan perak," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Pada saat ini, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Ketua DPR Nancy Pelosi "perlahan-lahan mendukung rencana stimulus kedua, tak pelak lagi ini merupakan lingkungan yang," tambahnya

Pelosi mengatakan pada Selasa bahwa dia berharap memiliki kesepakatan bantuan virus corona dengan Gedung Putih minggu ini, setelah berbicara dengan Mnuchin, Ini terjadi setelah Pelosi pada Senin memberdayakan anggota Demokrat mengumumkan rancangan undang-undang bantuan virus corona senilai 2,2 dolar AS

Emas, dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang, telah melonjak sekitar 25 persen sepanjang tahun ini, didukung oleh stimulus moneter dari bank-bank sentral utama dan pemerintah.

Membantu mendukung emas, turun 0,4 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya ketika pasar menunggu debat presiden pertama antara Presiden Donald Trump dan saingan Demokrat, Joe Biden pada pukul 09.00 malam waktu setempat

Gelombang mungkin bergeser sedikit kembali ke emas," kata James Steel, kepala logam mulia di HSBC dalam sebuah catatan, karena fokus pasar bergeser lebih tegas ke pemilihan AS dan ketidakpastian yang berkaitan dengan siklus pemilihan, sepertinya emas dan perak telah mendapat penangguhan penangguhan dari likuidasi besar-besaran minggu lalu

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 84,1 sen atau 3,56 persen menjadi ditutup pada 24.445 dolar AS per ons, Platinum untuk pengiriman Januari naik 6,3 dolar AS atau 0,71 persen menjadi menetap pada 897,7 dolar AS per ons - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : antarnews.com

 

Selasa, 29 September 2020

PT Rifan Financindo - Harga Emas Naik Sedikit Karena Melemahnya USD


PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas naik sedikit pada awal perdagangan sesi Amerika Serikat ditopang oleh koreksi yang terjadi pada indeks dolar AS. Emas berjangka kontrak bulan Desember diperdagangkan naik $8.00 per ons pada $1.874.10. Emas Antam ditawarkan beli Rp 1.006.000,- per gram.

Pasar saham global bervariasi menuju menguat dalam perdagangan semalam. Indek saham AS dibuka naik pada perdagangan sesi New York. Memulai minggu perdagangan yang baru, keengganan terhadap resiko dari para trader dan investor berkurang, namun mereka tahu enam minggu kedepan akan sangat volatile bagi banyak pasar dengan akan diadakannya pemilihan presiden AS pada awal bulan November. Kasus Covid – 19 naik dibanyak negara dan ketegangan antara AS dengan Cina masih tetap tinggi. Semua ini menjadi elemen yang mengkuatirkan ditengah ketidak pastian pasar seperti sekarang.

Bank sentral Cina pada pertemuan kebijakan moneternya menjaminkan kembali untuk mempertahankan kebijakan moneternya lebih flexible dan bertarget, termasuk memberikan kredit kepada bisnis.

Hal penting diluar pasar metal adalah turunnya indeks dolar AS karena koreksi normal setelah menyentuh ketinggian selama dua bulan pada minggu lalu. Harga minyak mentah Nymex melemah dan diperdagangkan disekitar $40.00.

Diskusi antara partai Demokrat dengan Republikan mengenai paket stimulus fiskal kedua untuk orang-orang Amerika masih berlanjut, meskipun banyak yang meragukan kesepakatan akan bisa dicapai dan diimplementasikan sebelum pemilihan presiden selesai.

Kenaikan selanjutnya akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di $1,879.30 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,900.00 dan kemudian $1,910.00. Sementara penurunannya akan berhadapan dengan “support” terdekat di $1,851.00 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,825.00 dan kemudian $1,800.00 - PT RIFAN FINANCINDO

 

Sumber :  vibiznews.com

Senin, 28 September 2020

PT Rifan - Momok Rupiah Menakutkan, Dolar AS & Global Jatuh Bergelimpangan


PT RIFAN BANDUNG - Nilai tukar rupiah menjelma momok menakutkan bagi dolar AS dan mata uang global lainnya pada perdagangan spot awal pekan ini, Senin, 28 September 2020. Bertengger di kisaran Rp14.800-an per dolar AS, rupiah menekan banyak mata uang secara bersamaan

Dilansir dari RTI, pagi tadi rupiah perkasa dan pustaka tingkat terbaiknya di angka Rp14.827 per dolar AS. Sampai pukul 09.58 WIB rupiah mampu mempertahankan keunggulan dengan apresiasi 0,41% ke level Rp14.837 per dolar AS.

Bukan cuma itu, sang Garuda juga menumbangkan tiga mata uang dunia lainnya. Rupiah kini unggul terhadap dolar Australia (0,05%), poundsterling (0,24%), dan euro (0,35%).

Sementara itu, di tingkat regional rupiah berada di peringkat terbaik kedua Asia setelah dolar Taiwan (-0,12%). Itu artinya, rupiha menang terhadap baht (0,72%), won (0,47%), ringgit (0,45%), dolar Hong Kong (0,42%), dolar Singapura (0,30%), yuan (0,28%), dan yen (0,19%) -
PT RIFAN

Sumber :investing.com

Jumat, 25 September 2020

Rifan Financindo Berjangka - Emas Ambles Lagi, Tapi Ada Tanda Bakal Naik

RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas masih saja tertekan dan belum bangkit sepenuhnya. Dolar AS yang tetap bertengger di posisi tertingginya membuat harga logam kuning itu tertekan.

Pada 08.40 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,3% ke US$ 1.862,6/troy ons. Padahal semalam harga bullion ditutup dengan penguatan menyusul rilis data tenaga kerja AS yang tak apik.

Semalam data klaim tunjangan pengangguran AS naik menjadi 870 ribu dari sebelumnya 866 ribu dan lebih tinggi dari perkiraan yang memprediksi angkanya bakal turun ke 840 ribu.

Kabar kurang mengenakkan ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi masih penuh ketidakpastian seiring dengan perkembangan wabah virus corona yang kembali mengganas dengan lonjakan kasus di berbagai tempat termasuk AS.

Emas sebagai aset safe haven seharusnya mendapat berkah karena banyak investor yang berburu logam kuning itu guna mencari suaka dari risiko ketidakpastian global. Namun mandeknya diskusi kelanjutan stimulus Covid-19 di AS menjadi batu ganjalan.

Ada asumsi luas di pasar keuangan bahwa Kongres AS tidak akan memberikan stimulus ekonomi lebih lanjut setidaknya untuk beberapa bulan ke depan, yang membebani emas, kata Jeffrey Christian, mitra pengelola CPM Group.

Reuters melaporkan Demokrat dan Republikan kini sedang menyiapkan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun untuk divoting minggu depan. 

Di sepanjang 2020 harga emas sudah naik 22% sendiri akibat banjir stimulus fiskal maupun moneter yang membuat adanya ekspektasi inflasi yang tinggi. Namun belakangan kabar seputar stimulus ini masih belum jelas dan cenderung simpang siur.

Dari sisi moneter, The Fed berjanji akan menahan suku bunga rendah untuk waktu yang lama setidaknya sampai 2023 (lower for longer) dan akan melakukan berbagai tindakan yang diperlukan untuk mendongkrak perekonomian.

Meski belum jelas stimulus lain apa yang akan diberikan bank sentral paling berpengaruh di dunia itu, tetapi setidaknya pernyataan para bos the Fed itu mengindikasikan bahwa fundamental emas sebenarnya masih kuat.

"The Fed terus memberi tahu kami bahwa mereka akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan hal-hal tidak terjadi secara buruk, dan itu tentu saja merupakan katalisator untuk berpikir bahwa akan ada lebih banyak akomodasi, yang menguatkan emas," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.

Bagaimanapun juga pandemi Covid-19 telah menyebabkan demand dan supply emas drop. Permintaan emas di paruh pertama tahun ini tercatat drop 6% ke 2.076 ton menurut World Gold Council.

Permintaan emas pada kuartal kedua turun 11% (yoy) menjadi 1.015,7 ton.

Pandemi Covid-19 sekali lagi menjadi faktor pemicu utama lemahnya permintaan konsumen di pasar emas pada Triwulan ke-2. Namun di saat yang sama, pandemi Covid-19 memberikan dukungan untuk investasi.

Respons global terhadap pandemi oleh bank sentral dan pemerintah, dalam bentuk penurunan suku bunga dan suntikan likuiditas besar-besaran, memicu rekor penambahan 734 ton emas ke dalam ETF (exchange traded fund), produk instrumen investasi reksa dana dengan underlying emas, yang bisa diperdagangkan. Peningkatan arus ini membantu mengangkat harga emas.

Total investasi emas batangan dan koin melemah tajam di kuartal kedua yang menyebabkan penurunan 17% (yoy) pada permintaan sepanjang semester I menjadi 396,7 ton.

Permintaan perhiasan pada 6 bulan pertama tahun ini juga merosot 46% (yoy) menjadi 572 ton karena adanya lockdown dan serta kondisi keuangan konsumen terhalang oleh harga tinggi dan tekanan pada penurunan pendapatan.

Faktor ini juga yang menjadi biang kerok penurunan permintaan emas yang digunakan dalam teknologi sebesar 13% menjadi 140 ton di semester pertama, karena permintaan pengguna akhir untuk elektronik juga runtuh.

Pembelian bank sentral pun terlihat melambat lagi di kuartal kedua jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sektor ini menambahkan 233 ton emas bersih di semester I.

Pasokan emas juga terkena dampak pandemi, turun 6% menjadi 2.192 ton karena produksi tambang dan daur ulang dipengaruhi oleh lockdown.

Namun ke depan, setidaknya untuk tahun 2021 harga emas diproyeksikan masih akan meningkat seiring dengan rendahnya suku bunga serta membaiknya daya beli masyarakat di tengah risiko geopolitik yang tinggi.

Eily Ong analis dari Singapore Bullion Market Association (SBMA) memperkirakan harga emas tahun depan bisa menyentuh ke level tertingginya di US$ 2.583./troy ons.

Artinya ada potensi kenaikan hingga 56% dibandingkan dengan rata-rata harga tahun ini sampai dengan akhir Juli kemarin - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : cnbcindonesia.com

Kamis, 24 September 2020

Rifan Financindo - Terpuruk Dari Yang Terpuruk, Dolar AS Tenggelamkan Rupiah Nyaris Ke Rp15.000


RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Nilai tukar rupiah bergerak naik level Rp15.000 per dolar AS pada perdagangan spot Kamis, 24 September 2020 sore. Dilansir dari RTI, beberapa saat lalu rupiah tumbang ke level paling terpuruknya di angka Rp14.944 per dolar AS.

Per sore hari ini, rupiah terkoreksi hingga -0,92% dan bertengger di level Rp14.930 per dolar AS. Dengan depresiasi sedalam itu, rupiah resmi menjadi yang paling lemah di antara mata uang lainnya. Bahkah, rupiah juga tak berdaya melawan dolar Australia (-0,52%), poundsterling (-0,89%), dan euro (-0,95%).

Beban rupiah kian berat ketika semua mata uang regional ikut menyerang. Tanpa balas, rupiah keok terhadap yen (-0,97%), dolar Hong Kong (-0,94%), dolar Singapura (-0,78%), yuan (-0,69%), won (-0, 68%), ringgit (-0,62%), baht (-0,53%), dan dolar Taiwan (-0,08%).

Bersama rupiah, sederet mata uang Asia yang tertekan di hadapan dolar AS termasuk dolar Taiwan, baht, dolar Singapura, won, dolar Hong Kong, dan yuan. Yen menjadi satu-satunya mata uang Asia yang unggul terhadap dolar AS.Penulis / Editor: Lestari Ningsih - RIFAN FINANCINDO

Sumber : investing.com

Rabu, 23 September 2020

PT Rifan Financindo Berjangka - RI Bakal Resesi, Gimana Caranya Cari Cuan Lewat Emas


PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Dalam satu abad terakhir, belum ada krisis kesehatan yang dampaknya terhadap perekonomian global seperti pandemi Covid-19 saat ini.

Transmisi virus yang sangat cepat dan meluas membuat pemerintah berbagai negara mengambil tindakan ekstrem dengan mengunci perekonomiannya (lockdown).

Lockdown membuat hantu resesi yang yang dikhawatirkan sejak 2 tahun belakangan ketika AS-China konfrontasi dagang menjadi sebuah kenyataan pahit yang harus diterima banyak orang.

Di Indonesia, sinyal resesi juga menguat setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi pernyataan soal minusnya pertumbuhan ekonomi di Q3, yakni -2,9% hingga -1,0%.

Tahun 2020 memang berlalu dengan sangat cepat.

Gara-gara Covid-19, banyak sekali yang rencana dan impian orang untuk bepergian ke berbagai tempat, membangun rumah gagal karena pendapatannya turun atau investasinya tak menghasilkan cuan (malahan rugi).

Pasar keuangan bergerak dengan gejolak yang tinggi. Volatilitas yang tinggi ini mencerminkan risiko yang dihadapi oleh seseorang jika ingin berinvestasi di aset-aset finansial. Namun investasi di masa krisis sebenarnya memberikan peluang return yang besar.

Banyak orang yang menjadi tajir justru ketika krisis terjadi dia berinvestasi.

Bahkan sampai ada ungkapan yang bunyinya begini 'the time to buy is when there's blood in the streets'. Kata-kata yang jadi legenda tersebut diungkapkan oleh salah satu anggota keluarga terkaya di muka bumi, Baron Rothschild.

Namun pertanyaannya adalah barang atau instrumen investasi apa yang harus dibeli saat ini?

Adakah 'barang' yang memang sedang diobral murah tetapi bisa memberikan imbal hasil yang fenomenal?

Jika Anda masuk ke pasar saham saat hampir seluruh orang menarik diri dari pasar keuangan di minggu terakhir Maret lalu, mungkin saat ini Anda sedang duduk santai sambil menyeruput kopi dengan tersenyum karena ada setumpuk uang yang ada di rekening Anda.

Hanya saja harga-harga saham terutama di negara-negara maju seperti AS pada sektor-sektor tertentu seperti teknologi sudah rebound tinggi dan cenderung kemahalan.

Beberapa aset ekuitas di negara berkembang seperti di Indonesia mungkin masih ada yang tergolong 'murah'. 

Mengingat kelas asetnya masih sama yaitu saham, pergerakan bursa global juga akan berdampak pada pasar modal dalam negeri.

Ketika Wall Street ambruk, tak menutup kemungkinan bursa saham Tanah Air juga akan mengikuti. Bisa saja Anda memanfaatkan momentum tersebut untuk membeli, tentu harus siap amunisi.

Jika Anda adalah tipe orang yang cenderung menghindari risiko (risk averse) maka volatilitas saham yang tinggi bisa membuat jantung Anda berdegup kencang bahkan rasanya seperti mau copot. 

Masih ada aset lain yang cenderung lebih aman ketimbang saham. Obligasi pemerintah. Instrumen pendapatan tetap pemerintah ini bisa memberikan imbal hasil yang menarik meski tak bisa sebesar saham karena kuponnya sudah ditentukan.

Apalagi di era pandemi seperti sekarang ini kebijakan bank sentral cenderung ultra akomodatif. Otoritas moneter di negara maju maupun berkembang banyak yang mengambil langkah 'cetak uang' melalui program yang disebut quantitative easing.

Secara sederhananya, bank sentral bakal membeli berbagai instrumen dalam bentuk bond terutama obligasi pemerintah untuk menurunkan cost of borrowing. Artinya imbal hasil atau yield obligasi pun rendah. 

Di sisi lain, karena banyak membeli obligasi pemerintah aset bank sentral di sisi neraca menjadi mengembang. Cetak uang juga membuat pasokan fulus menjadi membludak. Otomatis valuasi atau nilai uang akan turun dan menyebabkan inflasi yang tinggi. 

Salah satu aset yang diyakini berperan sebagai proteksi dari inflasi adalah emas.

Kinerja logam kuning sebagai aset safe haven ini begitu ciamik dalam dua tahun terakhir, ketika ada perlambatan ekonomi global.

Tahun ini saja, harga emas sudah naik 26%. Harga logam mulia bahkan sempat menyentuh level tertingginya dalam sejarah Agustus lalu di US$ 2.036/troy ons. Namun setelah mencapai puncak harga emas langsung melorot. Kini emas diperdagangkan di rentang harga sekitar US$ 1.900/troy ons.

Lantas apakah ini saat yang tepat untuk membeli emas? 

Pada dasarnya, stance dovish (kebijakan tak agresif) dari bank sentral di seluruh muka bumi memang membuat ekspektasi inflasi menjadi tinggi. Ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir, eskalasi perang dagang AS-China yang tak terlihat di mana ujungnya membuat fundamental emas semakin kokoh.

Banyak para profesional analis dan manajer investasi memberikan proyeksi yang sangat bullish pada emas.

Bank of America (BoA) memperkirakan harga emas bakal menyentuh US$ 3.000/troy ons. Jika membeli di harga sekarang, maka potensi return-nya berada di angka 58%.

Ada juga yang meramal harga emas bisa ke US$ 4.000/troy ons dalam 2 sampai 3 tahun mendatang.

Lebih bombastisnya lagi ada ramalan yang menyebut harga emas ke US$ 10.000/troy ons. Sangat menggiurkan bukan?

Tunggu dulu! Untuk mencapai level atau harga tersebut, emas butuh waktu. Apalagi tantangan emas saat ini juga banyak.

Harga emas sedang konsolidasi karena sudah menyentuh level paling tinggi sepanjang masa. Emas sedang mencari arah barunya.

Sentimen penggerak emas saat ini adalah pergerakan dolar AS, berita soal stimulus, perkembangan vaksin hingga kebijakan moneter bank sentral global.

Dolar yang menguat, stimulus yang melambat, vaksin yang semakin dekat dengan pasar hingga bank sentral yang kurang lagi dovish seperti sebelumnya akan membuat harga emas terpelanting.

Hal ini harus dipahami benar oleh Anda yang ingin berinvestasi di emas. Aman bukan berarti tanpa risiko. Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah pergerakan harga emas sekarang juga mulai menunjukkan korelasi yang positif dengan pergerakan harga aset-aset berisiko seperti ekuitas.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa ada risiko tambahan yaitu tidak menutup kemungkinan kalau pasar saham ambruk, emas juga akan ikut terseret arus. 

Untuk itu dalam berinvestasi di emas pun Anda membutuhkan strategi yang matang.

Lagipula emas juga berbeda dengan saham atau obligasi karena tak memberikan imbal hasil (non yielding & non-interest bearing).

Sebagai investor, Anda harus menentukan tujuan berinvestasi serta profil risiko Anda terlebih dahulu.

Sebagai aset tak berimbal hasil, Anda hanya bisa mengharapkan return dari kenaikan harga saja (capital gain).

Fungsi emas sebagai aset untuk lindung nilai (hedging) dari devaluasi nilai tukar akibat inflasi serta kinerja buruk investasi di aset-aset lain.

Namun bagaimana jika emas dan saham masih terus menunjukkan pola yang sama dan inflasi yang digadang-gadang tidak datang lantaran aggregat demand anjlok lebih dalam dari aggregat supply?

Ini adalah risiko investasi yang perlu Anda hitung.

Bagaimanapun juga emas tetaplah bagus untuk diversifikasi portofolio. Memang belakangan ini pergerakan emas cenderung searah dengan pasar saham. Ini hanya untuk kasus-kasus tertentu dan spesial saja. 

Selain itu, emas juga harus dipandang sebagai nilai tukar seperti halnya mata uang yang ada saat ini seperti dolar AS, euro, yen maupun yang ada di dompet kita sebagai warga +62 yaitu rupiah.

Artinya membeli emas tetap saja tidak ada salahnya. Masalah untuk dapat cuan atau tidak itu urusan strategi Anda setelah benar-benar matang merefleksikan diri apa tujuan investasi dan profil risiko Anda.

Anda juga harus ingat, tak ada filosofi investasi yang benar-benar baru untuk menggapai cuan. Beli di harga rendah dan jual di harga tinggi. Itu hukum yang berlaku dalam kamus investasi siapapun dan untuk aset manapun. Jangan sampai kebalik ya kalau kata investor kawakan Tanah Air, Lo Keng Hong.

Membeli emas agar cuan haruslah menemukan momentum yang tepat.

Membeli emas pun tak harus dengan memborongnya dalam satu waktu. Pasar yang penuh dengan ketidakpastian memang membutuhkan strategi yang rasional tetapi juga seni untuk memprediksi kejadian di masa depan. 

Oleh karena itu, jika harga emas drop karena aksi jual pasar saja akibat sentimen sementara dan tak ada perubahan dari sisi fundamentalnya, Anda bisa mulai mencicil untuk membeli emas.

Saat harga kembali anjlok, bisa dicicil lagi, asal dengan catatan fundamental emas masih kuat.

Sebenarnya untuk jangka waktu yang sangat panjang emas memiliki potential upside juga tentunya. Sehingga jika Anda adalah tipe investor yang jangka waktu investasinya sangat panjang mencicil beli emas sedikit demi sedikit bisa jadi strategi yang cocok untuk bisa mengakumulasi volume yang besar.

Di dalam negeri, akses Anda untuk membeli emas juga banyak. Bisa melalui butik-butik emas milik PT Aneka Tambang maupun Pegadaian, bisa juga Anda membeli atau mencicilnya di platform-platform e-commerce yang ada.

Ingat ya, kuncinya terletak di refleksi tujuan investasi dan profil risiko, sediakan amunisi yang cukup, beli di harga rendah yang rasional dan simpanlah emas Anda di tempat yang aman. Terakhir, bersabarlah! 

Oiya jangan lupa juga saran Warren Buffet ya! Meski ia tak tertarik berinvestasi di emas karena tak memberikan imbal hasil seperti dividen di saham, sebaik-baiknya investasi adalah yang jangka waktunya sangat panjang agar cuan-nya makin kerasa - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Sumber : cnbcindonesia.com

Selasa, 22 September 2020

PT Rifan Financindo - Harga Emas Tertekan Ke Bawah US$1.900 Akibat Rebound Dolar AS

PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas spot sempat anjlok ke bawah US$1.900 per troy ounce karena penguatan dolar mengurangi permintaan komoditas logam mulia.

Harga emas spot turun 2,1 persen menjadi US$1.910,69 pada pukul 15:20 di New York. Emas Comex untuk pengiriman Desember turun 2,6 persen menjadi US$1.910,60, sedangkan harga perak spot turun 8,2 persen.

Pada perdagangan Selasa pukul 05.27 WIB, harga emas spot naik 0,04 persen atau 0,77 poin menjadi US$1.913,28 per troy ounce, adapun, harga emas Comex kontrak Desember 2020 meningkat 0,44 persen atau 8,4 poin menuju US$1.919 per troy ounce.

Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,79 persen atau 0,73 poin ke level 93,656, setelah kemarin berkutat di posisi 92.

Indeks Spot Dolar Bloomberg menuju kenaikan terbesar sejak Juni, membuat komoditas yang dihargai dalam greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Adapun, Bursa Saham jatuh di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi akan terkena pembatasan virus corona yang lebih ketat.

Ekuitas jatuh dan dolar menguat di tengah sentimen risk-off yang luas di pasar," kata Janet Mirasola, direktur pelaksana di Sucden Futures. "Emas adalah korban dari dolar yang lebih kuat."

Bullion telah melonjak 26 persen tahun ini dan mencapai level tertinggi sepanjang masa pada awal Agustus di tengah taruhan pada dolar yang melemah dan stimulus besar-besaran yang bertujuan untuk menghidupkan kembali ekonomi yang dilanda pandemi.

Reli tersebut telah menunjukkan tanda-tanda terhenti dalam beberapa pekan terakhir, dengan dolar yang tangguh dan kekhawatiran apakah AS akan mendorong melalui stimulus tambahan.

Menteri Kesehatan Jerman memperingatkan bahwa tren kasus di Eropa "mengkhawatirkan" di tengah ekspektasi bahwa pembatasan dapat segera diperpanjang ke London.

Mantan komisaris FDA AS Scott Gottlieb mengatakan dia mengharapkan bangsa itu mengalami setidaknya satu siklus lagi dari virus di musim gugur dan musim dingin.

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell akan tampil di hadapan anggota parlemen pada Selasa. Fokus sidang kemungkinan akan jatuh pada kebijakan fiskal, dengan waktu yang semakin singkat bagi Kongres untuk menyetujui putaran lain dari langkah-langkah pengeluaran sebelum ditutup menjelang pemilihan November.

Investor juga beralih ke dolar sebagai tempat berlindung karena dibukanya lowongan Mahkamah Agung AS memicu kekhawatiran tentang pemilihan presiden Amerika yang semakin kontroversial.

Donald Trump mengatakan dia ingin keputusan pengadilannya dikonfirmasi sebelum pemilihan 3 November, meningkatkan tekanan pada Senat Partai Republik dan Mitch McConnell ketika pemimpin mayoritas berusaha melindungi anggotanya yang paling rentan.

Pertarungan Mahkamah Agung yang membayangi telah mengurangi kemungkinan kesepakatan stimulus lain menjadi diabaikan, mendorong ekuitas lebih rendah dan mengirim pasar mengambil obligasi dan USD, yang semuanya menekan logam mulia, kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam di BMO Capital Markets - PT RIFAN FINANCINDO

 

Sumber : bisnis.com