Harga emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi USD1.696,76 per ounce setelah tergelincir ke level terendah sejak 21 Juli di awal sesi.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat ditutup anjlok 1 persen menjadi USD1.709,3 per ounce.
Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi, tetapi lingkungan suku bunga yang lebih tinggi cenderung meredupkan kilau aset tersebut karena tidak memberikan imbal hasil.
Jika The Fed 'keukeh' pada mandat inflasi dan mempertahankan suku bunga tinggi serta menahan diri dari pemotongan suku bunga bahkan dalam resesi, itu bukan pertanda baik bagi emas," kata Daniel Ghali, analis TD Securities.
Jika emas menembus di bawah kisaran USD1.675, kami memperkirakan tekanan jual substansial akan muncul." Tambahnya.
Mencerminkan sentimen investor, kepemilikan di SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, turun menjadi 31.294.673 ounce pada sesi Rabu, terendah sejak Januari.
Indeks Dolar (Indeks DXY) melonjak ke level tertinggi dalam 20 tahun, setelah data menunjukkan pertumbuhan manufaktur AS pada Agustus dan penurunan warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran pekan lalu memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk secara agresif menaikkan suku bunga.
Penguatan dolar membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Imbal hasil US Treasury juga naik, meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan bunga.
Sementara itu harga perak di pasar spot melorot 1 persen menjadi USD17,99 per ounce, setelah mencapai level terendah dalam lebih dari dua tahun.
Platinum anjlok 2,4 persen menjadi USD825,61 per ounce sementara paladium tersungkur 3,5 persen menjadi USD2.011,48 - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : suara.com