PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas dunia merosot lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa, karena dolar yang lebih kuat dan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Harga emas di pasar spot anjlok 1,3 persen menjadi USD1.953,19 per ounce. Sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup turun 1,4 persen menjadi USD1.959 per ounce.
Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi lebih dari dua tahun, membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, didorong kenaikan imbal hasil US Treasury di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneternya.
Presiden Fed St Louis, James Bullard, Senin mengulangi kasusnya untuk menaikkan suku bunga menjadi 3,5 persen pada akhir tahun guna mengendalikan inflasi.
Komentar hawkish dari pejabat Fed mendorong tingkat nominal dan suku bunga riil di Amerika, membebani emas," kata analis UBS, Giovanni Staunovo.
Namun, inflasi yang tinggi dalam jangka pendek dan risiko geopolitik kemungkinan masih mendukung arus masuk ke produk emas dan kemungkinan menjaga perdagangan emas di sekitar level saat ini selama beberapa pekan mendatang," papar Staunovo.
Rusia meluncurkan serangan habis-habisan di Ukraina timur pada Selasa.
Tetapi, kendati emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama krisis politik dan ekonomi, serta kenaikan inflasi, suku bunga yang lebih tinggi diterjemahkan ke dalam peningkatan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Dalam jangka pendek, kita mungkin melihat beberapa penurunan emas. Mungkin akan jatuh hingga USD1.920," kata Phillip Streible, Chief Market Strategist Blue Line Futures di Chicago.
Dia menambahkan bahwa emas juga tertekan oleh imbal hasil riil yang berbalik positif untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Sementara itu, harga perak di pasar spot jatuh 2,4 persen menjadi USD25,21 per ounce dan platinum melorot 2,3 persen menjadi USD987,04. Paladium menyusut 2,1 persen menjadi USD2.388,57 - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : suara.com