RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas dunia masih menjadi perhatian para pelaku pasar seiring dengan posisinya sebagai aset lindung nilai alias
safe haven saat pandemi Covid-19 masih menghantam perekonomian global.
Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Kamis kemarin setelah terkoreksi pada perdagangan Rabu. Berdasarkan data
Refinitiv, pada pukul 15:57 WIB Kamis, emas diperdagangkan di level US$
1.764,38/troy ons, menguat 0,17% di pasar spot. Pada Rabu, harga logam
mulia ini melemah 0,27%.
Banyak analis yang memprediksi harga emas akan mencetak rekor
tertinggi sepanjang masa. Ada yang memprediksi emas akan mencapai US$
2.000/troy ons, hingga yang paling tinggi US$ 4.000/troy ons dalam
jangka panjang.
Kini, ada ramalan yang sangat ekstrim, dan sungguh gilak! Emas dunia
diprediksi terbang hingga US$ 10.000/troy ons, oleh Dan Olivier, pendiri
Myrmikan Capital. Ini adalah perusahaan pengelola dana yang berbasis di
New York yang fokus pada riset emas (Myrmikan Research) dan pengelola
dana Myrmikan Gold Fund.
Mengacu aturan di pasar, satu troy ons setara dengan 31,1 gram,
sehingga besaran US$ 10.000 per troy ons yang diproyeksikan Dan Oliver,
lalu dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya
US$ 321,54 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.000/US$, maka
prediksi harga emas berada di Rp 4,5 juta/gram.
Olivier melihat neraca (balance sheet) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai faktor utama yang membawa harga emas terbang mengangkasa.
The Fed, seperti yang ada ketahui, melakukan aksi pembelian aset
uang masif akibat situasi yang disebabkan virus corona, oleh karena itu
harga ekuilibrium emas juga naik dengan sepadan, harga emas yang
seimbang dengan balance sheet The Fed kini sangat tinggi," kata Olivier,
sebagaimana dilansir Kitco.
Perkiraan saya sudah berubah, saya sekarang melihat harga emas bisa ke US$ 10.000/troy ons," tambahnya, sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000/troy ons, Balance sheet The Fed menunjukkan nilai aset (surat berharga) yang dibeli The Fed melalui kebijakan quantitative easing (QE).
Pada periode 2008-2014 The Fed melakukan QE untuk guna memacu
perekonomian yang sebelumnya terkena krisis finansial. Semakin banyak
jumlah aset yang dibeli, maka balance sheet The Fed akan semakin besar.
Saat itu nilai balance sheet The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
Kebijakan tersebut membuat perekonomian AS banjir likuiditas, yang
menjadi salah satu penopang penguatan emas hingga mencetak rekor
tertinggi di bulan September 2011 lalu, Kini, kebijakan yang sama diterapkan oleh The Fed, sang ketua Jerome
Powell bahkan mengatakan akan melakukan QE berapa pun nilainya selama
diperlukan oleh perekonomian. Saat ini, balance sheet The Fed sudah mencapai US$ 7,14 triliun, dan kemungkinan masih akan terus meningkat.
Itu baru The Fed, belum lagi bank sentral lainnya yang juga
menerapkan QE dengan jumlah besar, bahkan beberapa bank sentral, seperti
bank sentral Australia baru pertama kali menerapkan QE.
Situasi saat ini tentunya lebih menguntungkan lagi buat emas ketimbang pasca krisis finansial 2008.
Belum lagi gelontoran stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah di
berbagai negara yang membuat perekonomian global banjir likuiditas.
Dampaknya, banyak analis memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi
lagi, bahkan jauh lebih tinggi dari rekor sebelumnya US$ 1.920/troy ons.
Emas saat ini berada di dekat level US$ 1.800/troy ons yang dianggap
sebagai level psikologis. Bank of Amerika (BofA) melihat level tersebut
menjadi kunci pergerakan emas, untuk mencapai rekor tertinggi.
Dalam riset yang dikutip oleh Kitco, analis BofA melihat sejak emas
turun dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons pada
September 2011 lalu, emas dikatakan sudah 3 kali mencoba kembali ke atas
US$ 1.800/troy ons tetapi gagal.
Dengan demikian kali ini, jika mampu dilewati emas punya peluang
untuk mencetak rekor tertinggi sepanjang masa baru. BofA menargetkan
emas mencapai US$ 2.000/US$ di kuartal III-2020.
BofA memprediksi harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di
kuartal III-2020, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Tetapi
rekor tersebut diprediksi akan pecah lagi, emas akan melesat lebih
tinggi.
Dalam 18 bulan ke depan, BofA memprediksi emas mencapai US$ 3.000/troy ons.
Dari dalam negeri, harga emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) turun 1,05% atau sebesar Rp 9.000 menjadi Rp 849.120/gram pada Kamis kemarin, dari perdagangan Rabu di level Rp 858.120/gram.
Sebelumnya pada perdagangan Rabu, harga emas Antam naik 0,94% atau Rp 8.000 dari posisi harga Selasa yakni Rp 850.120/gram.
Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung
Antam di situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas Antam
ukuran 100 gram turun 1,05% berada di Rp 84,912 juta dari harga kemarin
Rp 85,812 juta per batang.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas
secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan
lain bisa berbeda.
Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Kamis turun Rp 9.000
menjadi Rp 907.000/gram setelah naik Rp 8.000 ke Rp 916.000/gram pada
hari Rabu kemarin.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga turun
1,11% atau Rp 9.000 ditetapkan pada Rp 800.000/gram, dari posisi kemarin
Rp 809.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar
Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali
investasi tersebut -
RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : cnbcindonesia.com