Rifan Financindo Berjangka -
Sinyal era bunga mahal makin dekat. Efek kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi mulai menjalar. Tak hanya mengerek tarif
transportasi dan harga kebutuhan pokok, harga baru BBM juga menyulut
kenaikan bunga bank.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan (BI rate) sebesar
25 basis poin (bps) menjadi 7,75 persen. Kenaikan ini merupakan respon
BI atas kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter. Kini, BI rate
berada di level tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Agus Martowardojo, Gubernur BI, menyatakan, kenaikan BI rate
bertujuan mengendalikan inflasi. Maklum, harga bahan kebutuhan pokok
mulai merangkak naik. Estimasi BI, kenaikan harga BBM akan menyumbang
tambahan inflasi 2,6 persen, sehingga inflasi pada tahun ini diprediksi
7,7 persen.
Selain BI rate, bank sentral juga menaikkan bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 8,00 persen, namun tetap mempertahankan bunga deposit facility sebesar 5,75 persen. Tujuannya agar bank lebih memilih mencari dana di pasar uang ketimbang meminjam dana dari BI.
Bisa jadi, tren bunga ke depan bakal menanjak. Apalagi, kalau Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menaikkan bunga acuan tahun depan menjadi 1 persen–1,5 persen pada medio tahun 2015.
Bisa jadi, tren bunga ke depan bakal menanjak. Apalagi, kalau Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menaikkan bunga acuan tahun depan menjadi 1 persen–1,5 persen pada medio tahun 2015.
Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual berpendapat, kerja
pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla menunjukkan hasil di tahun depan,
BI tak perlu kembali menaikkan BI rate demi menangkal aksi The Fed.
"Perbaikan itu akan menggiring arus investasi asing dan mungkin saja
rating Indonesia naik lagi," tutur David, kemarin.
Sebaliknya, jika kinerja pemerintah tak sesuai harapan, BI rate bisa
saja mengekor besaran kenaikan bunga The Fed hingga 150 bps. "Tapi
skenario terburuk itu tidak pernah saya bayangkan akan terjadi," imbuh
David.
Kenaikan BI rate bakal berefek domino. Salah satunya, bakal menyeret
kenaikan bunga kredit perbankan. Sejauh ini, para bankir belum mau
berspekulasi tentang peluang menaikkan bunga kredit.
Bahkan, Direktur Utama Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin,
menyatakan, meski BI rate naik 25 bps, bank belum tentu menaikkan bunga
kredit. Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia, Achmad Baiquni, mengaku
akan berhati-hati menghitung bunga kredit. Dia tak ingin kenaikan bunga
kredit malah menaikkan kredit bermasalah. Aksi kerek mengerek bunga
kredit juga bisa dicegah.
Misalnya, kata Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, jika pemerintah
mampu menggelontorkan dana subsidi BBM ke kegiatan produktif, bank tidak
punya alasan menaikkan bunga kredit.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar :
Posting Komentar