Rifan Financindo Berjangka-Harga minyak dunia masih 'betah' berada di
level rendah. Ini menjadi kesempatan bagi negara importir minyak
(seperti Indonesia) untuk melakukan perubahan di bidang subsidi,
terutama Bahan Bakar Minyak (BBM).
Mengutip data perdagangan Reuters, harga minyak jenis Light Crude untuk pengiriman Januari 2015 berada di posisi US$ 49,12/barel. Sementara harga minyak Brent adalah US$ 51,14/barel.
Bank Dunia dalam siaran tertulisnya, Jumat (9/1/2015), menyebutkan bahwa harga minyak di level rendah diperkirakan bertahan sampai 2015. Untuk negara-negara pengimpor minyak, melemahnya harga minyak bisa mengurangi tekanan inflasi dan beban anggaran negara.
"Untuk para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang pengimpor minyak, jatuhnya harga minyak memberi kesempatan untuk mengambil kebijakan fiskal dan melakukan reformasi struktural," kata Ayhan Kose, Direktur Prospek Pembangunan di Bank Dunia.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang saat ini menjadi pengimpor minyak. Produksi minyak nasional saat ini berada di kisaran 800.000/hari, sementara konsumsinya mencapai lebih dari 1 juta barel/hari.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memanfaatkan penurunan harga minyak untuk melakukan reformasi subsidi. Mulai 1 Januari 2015, pemerintah sudah mencabut subsidi untuk Premium sehingga harganya mengikuti mekanisme pasar. Sementara Solar diberikan subsidi tetap Rp 1.000/liter dan sisanya menyesuaikan dengan harga pasar atau keekonomiannya.
Meski kini dikaitkan dengan mekanisme pasar, tetapi harga BBM justru turun. Bahkan harga BBM diyakini akan turun lagi pada Februari 2015. Ini tidak lepas dari penurunan harga minyak dunia.
Namun, Bank Dunia mengingatkan bahwa penurunan harga minyak membawa efek negatif kepada negara-negara yang sangat mengandalkan penjualan minyak untuk mendorong perekonomiannya.
"Bagi negara pengekspor, harga minyak yang rendah mengingatkan akan kelemahan ekonomi suatu negara yang terlalu bertumpu kepada 1 sektor," tegas Kose.
Sumber : Detik
Tidak ada komentar :
Posting Komentar