Financeroll – Pergerakan
nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi
hingga siang, bergerak melemah sebesar dua poin menjadi Rp 11.965
dibandingkan posisi sebelumnya Rp 11.963 per dolar AS. Minimnya
sentimen dari dalam negeri membuat pelaku pasar uang mengambil posisi
’wait and see’. Saat ini pelaku pasar menantikan realisasi kebijakan
pemerintahan baru dalam mendorong pembangunan infrastruktur dan kenaikan
bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, kondisi itu membuat pergerakan
rupiah mendatar.
Ketidakpastian dan volatilitas pasar
keuangan dunia juga masih akan terjadi baik dalam jangka pendek hingga
jangka menengah sehingga membuat mata uang di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia cenderung melemah namun dengan fluktuasi yang
stabil. Kenaikan tipis data indeks manufaktur Tiongkok belum cukup
mampu menopang laju rupiah untuk dapat bertahan di area positif.
Sebagian investor pasar uang cenderung masih khawatir dengan outlook
kebijakan bank sentral AS (the Fed) yang cukup ’hawkish’ sehingga
menimbulkan persepsi bahwa kenaikan suku bunga AS (fed rate) dapat
dilakukan lebih cepat setelah mengakhiri program pembelian obligasinya.
Sentimen Fed rate masih akan terus membayangi laju mata uang rupiah.
Meski demikian, secara teknikal potensi penguatan rupiah masih
terbuka menyusul mulai turunnya indikator stochastic yang dapat
memberikan kesempatan penguatan bagi rupiah. Diperkirakan, nilai tukar
rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp 11.950-12.000 per dolar AS
untuk Rabu (24/9) ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar