JAKARTA, KOMPAS.com
- Tekanan diperkirakan membayangi pergerakan nilai tukar rupiah pada
Selasa (2/9/2014). Ini seiring penguatan dollar AS di pasar Asia secara
umum.
Hampir seluruh data manufaktur yang diumumkan kemarin menunjukkan perlambatan. Zona Euro yang juga mengalami penurunan angka manufaktur mengalami pelemahan lanjutan pada mata uangg euro. Hal itu justru mendorong berlanjutnya penguatan dollar index. Data PMI Manufacturing AS baru akan diumumkan malam ini dan diperkirakan bertahan di 58.
Hampir seluruh data manufaktur yang diumumkan kemarin menunjukkan perlambatan. Zona Euro yang juga mengalami penurunan angka manufaktur mengalami pelemahan lanjutan pada mata uangg euro. Hal itu justru mendorong berlanjutnya penguatan dollar index. Data PMI Manufacturing AS baru akan diumumkan malam ini dan diperkirakan bertahan di 58.
Penguatan dollar AS diperkirakan Riset Samuel Sekuritas akan berlanjut di pasar Asia hari ini. Rupiah sendiri, Senin (1/9/2014) sama sekali tidak merespon neraca perdagangan yang surplus serta inflasi yang turun ke level terendah semenjak awal 2013. Rupiah melemah bersama beberapa mata uang di Asia hingga sore kemarin.
Imbal hasil SUN 10 tahun juga naik tipis kemarin walaupun data inflasi membaik. Hal ini menunjukkan likuiditas ketat masih menekan pasar obligasi. "Rupiah masih akan bergerak mendatar di Rp 11.700-11.750 per dollar AS dengan kecenderungan melemah," tulisnya.
Sementara itu pada awal perdagangan di pasar spot, rupiah bergerak di zona merah. Seperti dikutip dari Bloomberg, hingga sekutar pukul 08.30 WIB, mata uang garuda berada di posis Rp 11.735 per dollar AS, atau melemah 0,16 persen dibanding penutupan kemarin pada 11.716.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar