JAKARTA, KOMPAS.com -
Nilai tukar rupiah kembali diuji kekuatannya menghadapi sentimen
eksternal memasuki pekan ketiga di bulan September. Pada Senin
(15/9/2014) ini rupiah mencoba naik seiring pelemahan dollar AS di pasar
global.
Walaupun data membaik, dollar index turun akhir pekan lalu. Benturan politik terhadap rencana kebijakan pembelian aset oleh Bank Sentral Eropa (ECB) bulan depan berhasil mendorong penguatan euro. Dengan data yang membaik serta menjelang FOMC meeting minggu ini, imbal hasil US Treasury 10 tahun terus naik hingga 2,6 persen.
Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, FOMC meeting mendatang diperkirakan memangkas besaran quantitative easing (QE) bulanan dari 25 miliar dollar AS ke 15 miliar dollar AS. Malam ini ditunggu data capacity utilization AS yang diperkirakan tidak berubah. Walaupun data membaik, dollar index turun akhir pekan lalu. Benturan politik terhadap rencana kebijakan pembelian aset oleh Bank Sentral Eropa (ECB) bulan depan berhasil mendorong penguatan euro. Dengan data yang membaik serta menjelang FOMC meeting minggu ini, imbal hasil US Treasury 10 tahun terus naik hingga 2,6 persen.
Rupiah menguat tipis, imbal hasil SUN 10 tahun menuju 8,2 persen. Rupiah menguat tipis bersama beberapa mata uang Asia lainnya hingga Jumat (12/9/2014) sore dipicu oleh dollar index yang terus melemah.
"Hari ini tekanan pelemahan terhadap rupiah masih berpeluang berkurang setelah dollar index kembali turun. Akan tetapi secara umum rupiah masih akan berada dalam tren pelemahan menjelang FOMC meeting minggu ini," demikian riset Samuel Sekuritas Indonesia pagi ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar