PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Penurunan biaya interkoneksi disebut-sebut hanya menguntungkan Indosat
Ooredoo dan XL Axiata. Sementara di sisi lain, kebijakan pemerintah ini
malah membuat Telkom Group tekor Rp 50 triliun.
Demikian rangkuman hasil analisa dan rangkuman pernyataan dari berbagai sumber, terkait reaksi atas penurunan biaya interkoneksi untuk 18 skema panggilan telepon tetap dan seluler dengan rata-rata 26%.
XL dan Indosat dinilai akan jadi perusahaan telekomunikasi yang paling diuntungkan jika kebijakan tarif baru interkoneksi itu diberlakukan per 1 September 2016. Sementara, Telkom Group (TLKM) yang dinilai paling dirugikan.
Dalam riset saham yang ditulis Leonardo Henry Gavaza, CFA, analis saham dari PT Bahana Securities, dia memastikan bahwa dua beleid baru tersebut akan menguntungkan dua emiten telekomunikasi yaitu Indosat (ISAT) dan XL (EXCL).
"Dengan dua aturan baru tersebut Indosat dan XL bisa monetisasi jaringan serta menghemat biaya interkoneksi yang selama ini mereka keluarkan," kata dia dalam hasil riset yang dikutip detikINET, Rabu (17/8/2016).
Dari laporan keuangan 2015 tercatat, Indosat membukukan pendapatan interkoneksi sebesar Rp 1,9 triliun. Namun beban interkoneksi yang dikeluarkan Indosat mencapai Rp 2,3 triliun atau tekor lebih dari Rp 400 miliar.
Sedangkan XL mencatat pendapatan interkoneksi Rp 2,391 triliun. Sementara bebannya Rp 2,320 triliun atau untung sebesar Rp 70 miliar.
Pada pergerakan saham Selasa kemarin, saham ISAT ditutup tetap di level 6.600 per saham. Jika disetahunkan, berdasarkan data Bloomberg, maka saham ISAT sudah naik 57,14%.
Sementara saham EXCL ditutup naik 1,68% di level 3.640 pada perdagangan Selasa. Jika disetahunkan, saham EXCL sudah naik 41,93%
Bagaimana dengan Telkom? Anggota DPR Komisi XI dari Fraksi PKS, Refrizal menilai potensi kerugian Telkom jika tarif interkoneksi baru diberlakukan awal September 2016, akan mencapai Rp 50 triliun.
Dalam keterangan pers, dia mengaku sudah melapor ke Menteri Keuangan Sri Mulyani adanya estimasi penurunan pendapatan dari BUMN telekomunikasi itu jika kebijakan interkoneksi ini dipaksakan.
Padahal, kata dia, pemerintah sedang berjuang untuk menambah pendapatan negara untuk memenuhi target APBN 2017, dimana target pendapatan negara mencapai Rp 1.737,6 triliun.
Seperti diketahui, Komisi XI DPR memiliki lingkup kerja di bidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, dan lembaga keuangan bukan bank.
"Jika pendapatan Telkom turun maka pendapatan negara dari pajak dan deviden Telkom juga turun. Dan tentu ini akan mengganggu APBN 2017 mendatang," papar Refrizal.
Pada perdagangan Selasa, saham TLKM ditutup naik 1,22% ke level 4.140. Saham TLKM jika disetahunkan naik 47,95% dengan yield dividen 2,29%.
Sebelumnya, Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Noor Iza telah memastikan bahwa pemerintah tetap akan menerapkan biaya interkoneksi yang baru di awal September nanti.
Noor Iza juga memastikan, keberatan dan pertimbangan operator tak akan menjadi halangan dan pertimbangan untuk diberlakukannya biaya interkoneksi yang baru.
"Karena interkoneksi adalah domainnya pemerintah, maka hak pemerintah lah untuk menetapkan biaya interkoneksi sebesar Rp 204, atau turun 26% dari Rp 250, pada awal September nanti," tegas dia.
sumber : inet.detik.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar