Financeroll – Pada transaksi pagi ini (18/12), rupiah mencatatkan
penguatan terbesar dalam tujuh pekan terakhir. Data Bloomberg
menunjukkan, pada pukul 09.23 WIB, rupiah di pasar spot menguat 0,7%
menjadi 12.570 per dollar AS. Ini merupakan level terbesar sejak 29
Oktober lalu.
Sementara, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berada di level 12.565. Itu artinya,
rupiah JISDOR perkasa 1,2% dari posisi kemarin yang berada di level
12.720.
Sedangkan di pasar offshore, nilai tukar rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan menguat 1% menjadi 12.741 per dollar AS.
Penguatan rupiah terjadi setelah the Federal Reserve menyatakan akan
bersabar dalam menaikkan suku bunga acuannya. Seperti yang diketahui,
dalam pernyataan resminya, the Fed menggunakan kata “waktu yang
dipertimbangkan” untuk memberikan kepastian kepada pasar finansial bahwa
bank sentral AS itu belum mengubah keputusannya mengenai rencana
menaikkan kebijakan suku bunga mereka.
Meski maksud kalimatnya tetap, namun, terjadi perubahan konteks. The
Fed mengeluarkan pernyataan yang lebih lembut, yang menunjukkan bank
sentral masih bersiap menaikkan suku bunga meskipun tak secepat yang
prediksi pelaku pasar.
Kedua, ada sejumlah sinyal bahwa Bank Indonesia akan menjaga nilai tukar rupiah.
“Pernyataan the Fed menjadi sentimen positif bagi rupiah,” jelas
Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd di Singapura. Dia
menambahkan, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar mata uang
untuk menjaga volatilitas rupiah.
Sumber : Financeroll
Tidak ada komentar :
Posting Komentar