PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA-Nilai tukar mata uang Rusia, rubel, terhadap
dollar AS, terpuruk lebih dari 11 persen, Selasa (16/12/2014). Penurunan
ini merupakan yang paling tajam bagi rubel semenjak krisis keuangan
pada 1998.
Anjloknya nilai tukar ini disebut sebagai dampak atas
menguapnya keyakinan pasar atas perekonomian Rusia menyusul kenaikan
suku bunga acuan negara itu.
Nilai tukar rubel terhadap dollar
AS dibuka menguat 10 persen, Selasa pagi, setelah Bank Sentral Rusia
tanpa diduga menaikkan suku bunga acuan sebesar 650 bps untuk menahan
anjloknya kurs. Namun, volatilitas lalu terus terjadi di sepanjang
peragangan, yang kemudian berkali-kali menghasilkan rekor baru kurs
terendah.
Kurs rubel terhadap dollar AS yang dihasilkan pada
penutupan perdagangan Selasa, sudah anjlok 20 persen selama pekan ini,
dan sudah tergelincir lebih dari 50 persen sepanjang 2014. Kenangan akan
krisis keuangan pun langsung mencuat, ketika nilai tukar mata uang
rontok hanya dalam hitungan hari, menghadapkan Rusia pada ancaman gagal
bayar utang.
Meskipun pasar keuangan dan cadangan devisa Rusia
jauh lebih baik daripada kondisi pada 1998, para analis mengatakan
negara ini telah berada di ambang krisis besar keuangan.
Hingga
pukul 15.10 GMT atau 22.10 WIB, nilai tukar rubel anjlok 11 persen
menjadi 72,8 rubel per dollar AS. Nilai tukar rubel terhadap euro pun
sudah melemah sebesar 13 persen, menjadi 91 rubel per euro.
Nilai
tukar rubel terpukul oleh anjloknya harga minyak dunia dan sanksi Barat
terkait tudingan keterlibatan Rusia dalam konflik di Ukraina. Namun,
kehancuran kurs di Rusia dalam dua hari terakhir merupakan cerminan atas
merosotnya kepercayaan terhadap bank sentral Rusia.
Kenaikan
suku bunga acuan sebesar 650 bps, dalam tenggat kurang dari sepekan
setelah kenaikan 100 bps, dilihat pasar sebagai sinyal keputusasaan bank
sentral ini. Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina tampak tak
punya kekuatan untuk menghentikan merosotnya nilai tukar, dan
memunculkan bakal terjadi lagi praktik capital control di negeri Beruang Merah.
Pasar
tak memedulikan pernyataan Nabiullina pada Selasa, tentang rubel yang
sekarang undervalued, alias memiliki nilai tukar di bawah nilai aslinya.
Sikap serupa ditunjukkan pasar terhadap pernyataan Presiden Rusia
Vladimir Putin lewat juru bicaranya, yang menyatakan rubel rontok
sebagai dampak dari praktik spekulasi yang menggila.
sumber: kompas.com
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar