Rifan Financindo Berjangka -
Pertahanan rupiah semakin rapuh saja. Tanda-tanda ekonomi Amerika
Serikat (AS) yang mulai solid plus rencana Bank Sentral AS, The Federal
Reserve, menaikkan suku bunga menyebabkan otot dollar AS kian perkasa.
Sementara faktor siklus pengujung tahun juga turut memperdayai rupiah.
Alhasil, kurs rupiah terpuruk dan mendekati Rp 12.500 per dollar AS. Kemarin, kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah turun 0,46 persen ke posisi Rp 12.352. Di pasar spot, rupiah terpental 0,74 persen menjadi Rp 12.390 dan mencapai level terendah sejak 24 November 2008.
Bahkan sejumlah bank besar menjual dollar AS dengan harga Rp 12.400 per dollar. Ambil contoh, kemarin Bank BNI menetapkan kurs jual dollar AS sebesar Rp 12.474. Harga jual tersebut berselisih sekitar Rp 248 lebih tinggi dibandingkan dengan kurs beli di bank itu. Begitu pula dengan Bank Permata, yang menjual sedollar seharga Rp 12.465 (lihat tabel).
Keputusan BI menaikkan suku bunga acuan BI rate sejauh ini belum cukup mujarab meredam keperkasaan dollar AS. Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri menyebut faktor dari internal dan eksternal menjadi penyebab melorotnya rupiah.
Dari dalam negeri, intervensi BI belum cukup menjaga kurs rupiah. Apalagi, cadangan devisa Indonesia di bulan November 2014 turun menjadi 111,1 miliar dollar AS.
Dari luar negeri, kata Reny, membaiknya ekonomi AS, terlihat dari bertambahnya penyerapan tenaga kerja menyebabkan dollar AS semakin bertenaga. Perbaikan ekonomi AS ini menimbulkan spekulasi, The Federal Reserve akan lebih cepat menaikkan bunga acuan.
Branko Windoe Kepala Divisi Treasury Bank Central Asia (BCA), mengungkapkan faktor penguatan ekonomi AS menyebabkan rupiah terkulai. "Nilai tukar mata uang dollar Amerika Serikat menguat karena data employment AS yang keluar Jumat pekan lalu. Ini menunjukkan perekonomian Amerika Serikat sedang tumbuh baik," tutur Branko.
Lagi pula dari sisi suplai dan permintaan dollar di pasar valuta masih normal. Branko menyatakan pembelian dollar masih normal. Namun memang biasanya permintaan dollar naik tinggi di setiap pengujung tahun.
Eti Nurbaeti, analis Bank Negara Indonesia (BNI) sependapat. Perbaikan ekonomi AS, menyebabkan investor memburu valas. Rupiah akan cenderung melemah hingga akhir tahun ini. “Sampai akhir tahun, volatilitas kurs rupiah terhadap dollar tidak akan bergerak banyak,” kata Eti.
Reny memprediksikan, rupiah berada di level 12.300-an hingga akhir 2014. “Rupiah tak akan turun ke level 12.600–12.700,” ujarnya.
Josua Pardede, ekonom Bank Permata memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 12.000-12.500 hingga semester I tahun depan. Prediksi Josua ini dengan asumsi Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan pada kuartal kedua 2015.
Kompas
Tidak ada komentar :
Posting Komentar