Perusahaan baja asal Tiongkok, PT Shanxi Haixin and Steel Group, siap menggelontorkan dana sebesar 50 juta dollar AS untuk membangun dua pabrik besi baja di Indonesia. Untuk memuluskan rencananya tersebut, Shanxi dipastikan mengandeng perusahaan lokal yaitu PT Trinusa Group.
Dengan status Penanaman Modal Asing (PMA), dua perusahaan tersebut sudah membentuk satu perusahaan joint venture dengan nama PT Resteel Industry Indonesia.
Achmad F Fadhillah, Chairman PT Resteel Industry Indonesia, mengatakan pembangunan dua pabrik besi baja tersebut nantinya akan terfokus di dua wilayah yaitu Batam dan Tojo Una Una (Sulawesi Tengah).
"Kemungkinan ground breaking bakal dilakukan pada akhir bulan ini. Lalu kami akan mulai produksi setelah enam bulan kemudian, atau sebelum akhir tahun sudah bisa menghasilkan produk," katanya, Senin (5/5/2014).
Achmad menuturkan, kedua pabrik tersebut ditargetkan bisa menghasilkan produk super low carbon nickel titanium dan special steel dengan kapasitas 100.000 metrik ton per tahunnya untuk satu line produksi. Saat ini produk dari super low carbon ini banyak digunakan untuk industri militer di Tiongkok, seperti kapal dan tank.
Namun itu untuk tahap awal, perusahaan patungan tersebut berencana menambah line produksinya sebanyak 10 line, apabila proyek kedua pabrik tersebut telah rampung pada 2015.
"Satu line produksi kami investasikan sebesar 50 juta dollar AS, jadi kalau 10 line sekitar 500 juta dollar AS. Ke depan, pemerintah juga seharusnya memberikan insentif kepada kami dengan melihat nilai investasi sebesar itu," katanya.
Menurut Achmad, yang membedakan produk baja yang dihasilkan Resteel dengan pabrik baja lain yaitu sistem produksinya menghilangkan dua proses pengolahan.
"Jadi dari iron ore (batu besi,red) bisa langsung menjadi baja. Inilah mengapa dikatakan baja tersebut disebut special steel. Hasil dari teknologi yang memerlukan energi gas ini memiliki kualitas lebih bagus dan tidak memerlukan power plant baru, hemat energi serta ramah lingkungan," katanya.
Keuntungan lain dari proyek pembangunan pabrik besi baja ini, menurut Fadillah, akan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat serta pendapatan daerah. Mengingat kedua pabrik diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sekitar 2.000 orang.
Atas alasan tersebut, Achmad berharap industri pertambangan di Indonesia yang semakin berkembang pesat ini dibarengi dengan sistem regulasi yang tidak tumpang tindih. "Sebaiknya regulasi yang dikeluarkan pemerintah memperhatikan kepentingan semua pihak, khususnya para pekerja tambang," ucapnya.
Shelby Ihsan Saleh, Direktur PT Resteel Industry Indonesia, mengatakan perusahaan juga sangat berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas apresiasi serta izin yang diberikan kepada pelaku industri untuk dapat diproduksi di dalam negeri.
Pasalnya, industri besi baja dengan model pengolahan dengan teknologi terbaru tersebut saat ini hanya diproduksi di dua negara, Rusia dan Tiongkok.
"Indonesia menjadi negara ketiga yang bisa memproses baja khusus tersebut. Untuk tahap awal (line produksi satu hingga tiga, red), hasil produksinya akan dikirim ke Tiongkok terlebih dahulu. Setelah itu, line produksi keempat bisa untuk konsumsi di Indonesia," ujarnya. (Sanusi)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar