Mendapat sorakan dari pendukung sendiri dalam laga tim nasional
Indonesia menghadapi Asean All Stars, Ferdinand Sinaga yang terpancing
emosinya langsung meloncati pagar tribun di Stadion Gelora Bung Karno
(GBK) untuk mengejar supporter yang menyorakinya tersebut. Diakui oleh
sang pemain bahwa tindakannya ini perlu dilakukan untuk menyadarkan para
supporter tentang nasionalisme. Ferdinand mengaku kecewa karena dalam
laga itu dia dan rekan-rekannya dari Persib sedang membela tim nasional,
bukan Persib Bandung. Dia ingin suporter bisa bertindak dewasa.
“Harusnya mereka bisa membedakan. Kita bukan sedang membela klub tapi
untuk timnas. Memang saya seperti bertindak berlebihan, tapi itu
tindakan yang harus saya perbuat. Supaya ketika kita bermain untuk
timnas, kita didukung lah, hilangkan dulu keegoisan tentang klub. Saya
bertindak seperti itu biar tidak kejadian ke pemain lain, supaya tidak
terulang lagi. Kita warga negara Indonesia, ketika bermain untuk merah
putih harusnya kebencian pada klub itu dihilangkan,” kata Ferdinand
dalam wawancara di Mess Persib, Selasa (13/5).
Pemain yang dikenal temperamen ini memang sudah berbicara dengan sang
pelatih timnas yaitu Alfred Riedl. Riedl yang juga kecewa dengan ulah
suporter itu, sudah mencoba menenangkan Ferdinand. Tindakan yang
dilakukan penyerang plontos itu memang banyak menuai tanggapan dari
berbagai pihak. Meski banyak dari tanggapan itu bernada negatif, tapi
Ferdinand tidak mau ambil pusing dengan hal itu.
“Ya dia (Alfred Riedl) dan pemain lain juga cuma menenangkan saja.
Mungkin respond positif dan negatif banyak tapi saya ga ada masalah.
Untuk respond positif ya terima kasih dan untuk respond negatif,
mudah-mudahan mereka terbuka pandangannya,” imbuhnya.
Ayah 2 anak itu mengatakan bahwa sorakan tidak hanya ditujukan
padanya namun pada semua pemain Persib sejak peluit awal dibunyikan.
Diakui olehnya, karena sorakan itu konsentrasinya pun buyar. Ferdinand
tentu menyanyangkan kejadian itu bisa terjadi.
“Mulai dari awal hingga selesai, kami pemain yang biasa berbaju biru
terus menerus diteriaki. Konsentrasi pecah lah dan sangat menyanyangkan.
Saya tidak tahu level pendidikan mereka sampai dimana, kalau mereka
sekolah tinggi-tinggi tapi tetap bertindak seperti itu mungkin itu
bawaan dari lahir,” tukasnya
Tidak ada komentar :
Posting Komentar