Sejumlah pelaku pasar modal menyatakan kekecewaannya terkait
penundaan rencana akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh PT
Bank Mandiri Tbk.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, menilai
penundaan rencana akuisisi Bank BTN ini juga berdampak buruk bagi
prospek bank BTN ke depan. Risiko likuiditas dan kredit BTN semakin
memburuk, dan ini tidak positif bagi investor saham.
Banyak investor yang melepas sahamnya di pasar, sehingga harga saham
BTN jatuh ke level Rp 1.090 per saham. Padahal ketika Meneg BUMN Dahlan
Iskan mengumumkan rencana konsolidasi Bank Mandiri-BTN, saham BTN sempat
melesat ke level Rp 1.525 per saham (17/4). Artinya sebulan terakhir
saham BTN terpuruk hingga 40 persen.
"Problem yang dihadapi BTN seharusnya dapat diselesaikan jika mereka
melakukan konsolidasi dengan Mandiri. Tetapi akibat rencana ini ditunda,
kondisi BTN menjadi tidak pasti. Ini yang perlu disayangkan, mengingat
rencana Meneg BUMN itu sangat positif," ujar Satrio dalam keterangan
resminya, Kamis (8/5).
Pengamat pasar modal Edwin Sinaga menambahkan, inefisiensi menjadi
salah satu problem yang dihadapi BTN. Menurut dia, sistem kerja di BTN
tidak mampu mengkapitalisasi aset karyawan untuk meraih keuntungan
secara maksimal.
"Kondisi ini menunjukkan BTN tidak akan mampu memperbesar pembiayaan
jika tak dilakukan penambahan modal. Melalui sinergi dengan Bank Mandiri
seharusnya BTN bisa lebih besar dan sehat untuk membiayai sektor
perumahan yang menjadi fokus bisnisnya," ujar Edwin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar