Usaha apa pun asal
ditekuni dengan baik dan penuh kepercayaan, tentu lama kelamaan akan
membuahkan hasil. Seperti yang dilakukan oleh Maria Magdalena Niken,
warga Kabupaten Kediri, Jawa Timur dengan usaha sambel pecelnya ini.
Niken, panggilan ibu satu putra ini, tak menyangka usaha pembuatan sambel pecel yang dirintisnya sejak tahun 2006 itu mampu bertahan hingga saat ini. Bahkan pemasarannya tembus hingga luar daerah seperti Jakarta hingga Kalimantan.
Penuturan istri dari Galih Wiyono pekan lalu, dia mengawali usaha rumah tangga itu dari nol alias tanpa pengalaman apapun. Usahanya itu berawal dari dorongan ketua PKK setempat. "Saat itu saya disuruh ikut pelatihan usaha oleh Ibu Sutrisno yang waktu itu masih menjabat ketua PKK. Kalau saat ini beliau kan sudah menjadi Bupati," kata Niken.
Niken, panggilan ibu satu putra ini, tak menyangka usaha pembuatan sambel pecel yang dirintisnya sejak tahun 2006 itu mampu bertahan hingga saat ini. Bahkan pemasarannya tembus hingga luar daerah seperti Jakarta hingga Kalimantan.
Penuturan istri dari Galih Wiyono pekan lalu, dia mengawali usaha rumah tangga itu dari nol alias tanpa pengalaman apapun. Usahanya itu berawal dari dorongan ketua PKK setempat. "Saat itu saya disuruh ikut pelatihan usaha oleh Ibu Sutrisno yang waktu itu masih menjabat ketua PKK. Kalau saat ini beliau kan sudah menjadi Bupati," kata Niken.
Pelatihan tersebut membuat pikirannya semakin terbuka untuk berusaha. Bahkan menjadi semakin tertantang karena hasil pelatihan itu harus segera terealisasi karena adanya permintaan sambel pecel dari Malaysia.
Usahanya itu terus ia kembangkan dan kini setiap bulannya, dengan dibantu oleh seorang karyawan, Niken mampu memproduksi sambel pecel antara 4 kwintal hingga 6 kwintal.
Dari usaha yang disebut sampingan itu, setiap bulannya dia mampu mengumpulkan uang mulai dari Rp 8 juta sampai Rp 10 juta. Baginya, uang itu relatif cukup untuk menambah kebutuhan dapurnya. "Ya daripada bengong gak ngapa-ngapain di rumah," candanya.
Produksi sambel pecel yang diberi merek dagang Miraos itu baru baru ini menyabet penghargaan dari BPOM berupa piagam Bintang Keamanan Pangan Satu. Piagam itu didasarkan atas higienitas karyawan, penanganan dan penyimpanan pangan, sanitasi dan peralatan.
Bukan tanpa kendala, Niken mengaku pusing ketika terjadi kenaikan harga bahan utama yaitu kacang tanah. Kalau harga bahan itu naik otomatis mempengaruhi harga jual.
Ke depan, Niken menerawang, akan lebih memperbaiki usahanya itu. Hal pertama yang dia rencanakan adalah pengembangan kemasan agar lebih menarik dan lebih beragam pilihan ukuran. Saat ini hanya ada ukuran kemasan 400 gram dan 1 kilogram.
Untuk ukuran 400 gram ia jual seharga Rp 13.500, sementara kemasan 1 kilogram dia lempar ke pasaran seharga Rp 30.000. "Produk saya mampu bertahan hingga 10 bulan meski tanpa bahan pengawet," kata dia sambil berpromosi.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar :
Posting Komentar