Petani ini ingin membantu menyelamatkan air dengan menerapkan sistem irigasi yang inovatif.
Air adalah perkara serius bagi Zach Hauser karena ladang
pertaniannya terletak di Camp Verde, Arizona, dan ia (serta warga
sekitar) bergantung pada Sungai Verde. Ladang seluas 600 hektar milik
keluarga Hauser itu adalah salah satu ladang yang menggunakan banyak air
di area tersebut.
"Sungai Verde adalah kunci masa depan kami di sini. Tanpa sungai itu, mungkin tidak akan ada pertanian di sini," kata Hauser.
Tak
pernah menganggap dirinya sebagai pekerja lingkungan, namun dengan
pragmatisme sederhana, ia bergabung dalam upaya penyelamatan Sungai
Verde. Sungai ini adalah habitat 10 spesies ikan, lebih dari 90 spesies
mamalia, dan kepadatan unggas tertinggi dalam sejarah Amerika.
"Lebih
baik saya menjadi bagian dari solusi daripada bagian dari masalah,"
kata Hauser. Pernyataan ini sangat berarti bagi ahli hidrologi, Kim
Schonek, yang menangani Sungai Verde dalam program Nature Conservancy.
Salah
satu properti keluarga Hauser terletak di Parit Berlian S yang melayani
daerah sekitar, yang artinya properti ini adalah tempat terakhir yang
menerima air. Jika air tidak mengalir ke sana, maka tidak ada irigasi
dan tidak ada ladang pertanian. Sedangkan beberapa tahun terakhir, ada
bagian dari Sungai Verde yang kering kerontang.
Frank Geminden bekerja dalam irigasi, ia menggunakan dana dari kampanye Change the Course
memasang sensor untuk memantau tingkat air di parit. Sebuah motor
otomatis menaikkan dan menurunkan gerbang untuk membantu pengontrolan
aliran air yang dibutuhkan petani. Penggunaan teknologi tersebut
mengizinkan Hauser dan Geminden bekerja sama dengan Nature Conservancy dan mengalihkan sedikit air dari sungai.
"Jika
ladang terakhir mendapatkan air, maka sistem ini berhasil," kata
Schonek. Ia juga mengatakan bahwa menjaga air yang lebih dibutuhkan di
saluran utama Sungai Verde tetap menjaga satwa liar dan meningkatkan
kesempatan untuk berekreasi di lembah.
Hauser ingin lebih
mengurangi penggunaan air. Ia sering kali membicarakan tentang
menyelamatkan dan terus mencari cara untuk menghemat sumber daya,
terutama waktu. Dan dalam hal menyelamatkan air, ia menggunakan
teknologi yang lebih kuno.
Setiap bidang tanah pertanian Hauser
memiliki waduk parit sendiri. Dari waduk, sebuah gerbang terbuka secara
manual yang dapat mengatur aliran air ke dalam parit. Menurut Hauser,
teknik ini membuat mereka lebih efisien dalam menggunakan air.
Namun,
menyirami ladang pertaniannya dengan air masih membuang terlalu banyak
air. Maka, Hauser dan keluarganya ingin memasang sistem irigasi yang
mengairi ladangnya dari bawah melalui pipa berlubang. Hauser
memperkirakan dengan sistem ini, mereka dapat menyelamatkan setidaknya
sepertiga dari apa yang mereka gunakan saat ini.
Hauser
menjelaskan, bahwa mengairi ladang pertanian dari atas tanah, menyisakan
air yang akan terpanaskan oleh matahari. Setelah itu tanaman juga akan
dipanaskan. "Ladang justru akan mendidih," kata Hauser.
Selain
itu, ada keuntungan lainnya dengan sistem pengairan dari bawah. "Para
petani yang menerapkan sistem pengairan dari bawah justru menyehatkan
ladang pertanian."
Namun, untuk menerapkan sistem irigasi
tersebut, masalahnya tertumbuk pada uang. Dibutuhkan dana sebesar $2.000
per hektar untuk memasukkan pipa untuk irigasi, dan itu belum mencakup
pompa dan peralatan penyaringan.
Melihat keuntungan ekosistem yang akan timbul nantinya dengan menyelamatkan air Sungai Verde, Nature Conservancy berharap bisa menggalang dana untuk membantu menerapkan sistem irigasi kepada pertanian keluarga Hauser dalam waktu dekat.
(Carmen Russell)
SUMBER:NATIONAL GEOGRHAPHIC INDONESIA
Tidak ada komentar :
Posting Komentar