Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Jawa Barat menunjukkan
pertumbuhan yang cukup tinggi. Tercatat total aset BPR di Jawa Barat
pada posisi April 2014 sebesar Rp 13,16 Triliun. Dari sisi aktiva,
pertumbuhan aset BPR terutama didorong oleh pertumbuhan penyaluran
kredit.
Kepala Otoritas Jasa Keungan (OJK) Regional 2 Jawa Barat, Anggar B
Nuraini mengatakan, secara umum kinerja BPR di Jabar sampai dengan April
2014 menunjukkan perkembangan yang positif.
Ini terlihat dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit BPR yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tahun 2013.
Dengan
jaringan kantor sebanyak 301 kantor pusat, 306 kantor cabang dan 202
kantor pelayanan kas, total aset BPR di Jabar posisi April 2014 sebesar
Rp 13,16 triliun atau tumbuh 12,77 %.
"Ini lebih tinggi dari pertumbuhan pada posisi Desember 2013 yang hanya sebesar 12,13 persen," katanya, akhir pekan lalu.
Sedangkan
dari sisi aktiva, pertumbuhan aset BPR tersebut didorong oleh
peningkatan perhimpunan dana pihak ketiga (DPK). Jumlah DPK yang
berhasil dihimpun sebesar Rp 9,23 triliun atau tumbuh 13,90%. Angka ini
sedikit meningkat dibandingkan posisi Desembeelr 2013 yang tumbuh
sebesar 13,67 %.
Sementara dari sisi aktiva, katanya, pertumbuhan
aset BPR didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi
yang tumbuh 21,88% menjadi sebesar Rp 10,32 triliun atau meningkat
dibandingkan posisi Desember 2013 yang tumbuh sebesar 21,30 %.
"Untuk
perkembangan DPK, berdasarkan jenis simpanan, deposito masih
mendominasi pangsa DPK BPR di Jawa Barat yakni sebesar 72,12 persen,
sedangkan sisanya berasal dari tabungan, " katanya.
Untuk
pertumbuhan deposito, lanjutnya, mengalami peningkatan cukup besar dari
12,92% pada akhir 2013 menjadi 15,30% pada April 2014 seiring trend
peningkatan suku bunga panjaminan LPS. Namun pertumbuhan tabungan
mengalami penurunan yakni 15,78% pada Desember 2013 menjadi 10,32% pada
April 2014.
Untuk perkembangan kredit, bila dilihat berdasarkan
jenis penggunaannya masih didominasi oleh kredit produktif atau modal
kerja dan investasi yang memiliki pangsa sebesar 53%. Sedangkan sisanya
digunakan untuk kegiatan konsumtif.
"Namun demikian pertumbuhan
kredit konsumtif lebih besar dari kredit produktif, apabila hal ini
terus terjadi secara berkelanjutan maka pangsa kredit konsumtif akan
menjadi porsi terbesar dalam penyaluran kredit BPR di Jawa Barat,"
katanya.
Ia juga menambahkan, ?persentase kredit bermasalah (NPL)
BPR di Jawa Barat pada April 2014 masih cukup tinggi yakni 5,86%. Angka
ini mengalami peningkatan dibandingkan NPL akhir tahun 2013 yang hanya
mencapai 5,54%. NPL tersebut lebih tinggi dari NPL secara nasional yang
sebesar 5,06%.
Sumber : Tribun News
Tidak ada komentar :
Posting Komentar