PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Harga minyak mentah turun lebih dari 3
persen pada penutupan perdagangan Kamis dinihari (17/12) setelah data
pemerintah AS menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah mingguan
dan Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam
sembilan tahun.
Kenaikan suku bunga mengisyaratkan
keyakinan bahwa ekonomi AS sebagian besar telah mengatasi krisis
keuangan 2007-2009. Suku bunga AS lebih tinggi diharapkan untuk
mendukung dolar, yang menekan harga minyak, membuat harga minyak lebih
mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Dolar menguat sederhana setelah kenaikan
suku bunga. Berdasarkan suku bunga pasar berjangka, pedagang
mengharapkan kenaikan suku bunga kedua pada bulan April.
Pedagang minyak sudah khawatir tentang
kekenyangan global yang terus meningkat dari minyak yang telah menekan
harga dalam beberapa pekan terakhir. Data dari Administrasi Informasi
Energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik 4,8 juta barel pekan
lalu. Analis dalam jajak pendapat Reuters telah memperkirakan penurunan
1,4 juta barel.
Harga minyak mentah WTI turun
4,9 persen, atau $ 1,83, pada 35,52 dollar per barel, tidak jauh dari
32,40 dollar per barel yang terjadi selama krisis keuangan tahun 2008.
Harga minyak mentah berjangka Brent
kontak Januari turun $ 1,26, atau lebih dari 3 persen, pada 37,19 dollar
per barel. Sedangkan kontrak Februari Brent ditutup pada $ 37,39, turun
$ 1,34.
Dalam laporan awal pada hari Selasa,
kelompok industri American Petroleum Institute (API), telah melaporkan
produksi mingguan lebih sederhana di persediaan minyak mentah AS sebesar
2,3 juta barel.
Analyst Vibiz Research Center
memperkirakan harga minyak masih berpotensi alami tekanan dengan
sentimen kelebihan pasokan minyak dunia dan semakin menguatnya dollar
dengan kenaikan suku bunga AS. Harga minyak akan bergerak menembus
kisaran Support 35,00-34,50, jika harga berbalik menguat akan mencoba
menembus kisaran Resistance 36,00-36,50.
sumber : vibiznews.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar