PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Risiko perilaku agresif dan kasar ternyata bisa dilihat sejak remaja.
Studi mengungkap kedua perilaku tersebut berhubungan erat dengan denyut
jantung.
Dalam studi yang diterbitkan oleh jurnal JAMA Psychiatry, Antti Latvala dari Karolinska Institute mengatakan denyut jantung yang lemah saat remaja ternyata berkaitan dengan perilaku agresif. Remaja dengan denyut jantung di bawah 60 saat beristirahat berisiko 39 persen lebih tinggi pernah melakukan kejahatan dengan kekerasan saat dewasa.
Mereka juga diketahui memiliki risiko 25 persen lebih tinggi untuk melakukan tindak kejahatan yang tidak berhubungan dengan kekerasan. Latvala mengatakan bahwa memang denyut jantung tidak bisa menjadi faktor penentu perilaku agresif di masa depan. Namun temuan ini menjadi salah satu indikator studi besar soal hubungan denyut jantung dengan kondisi mental seseorang.
"Sangat menarik melihat sebuah fungsi tubuh ternyata berhubungan dengan psikososial seseorang. Ini memang hanya indikator kecil namun penting bagi keseluruhan sifat dan perilaku manusia," tutur Latvala, dikutip dari Reuters, Jumat (11/9/2015).
Penelitian Latvala dilakukan kepada 710.00 partisipan yang lahir pada tahun 1958 hingga 1991. Denyut jantung partisipan diukur saat mereka berumur 18 tahun dan akan mengikuti pelatihan militer. Kehidupan partisipan pun dipantau 36 tahun kemudian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 140.000 remaja laki-laki memiliki denyut jantung yang kuat, di atas 83 per menit. Sementara denyut jantung lemah adalah denyut jantung yang tak sampai 60 kali per menit ketika istirahat.
40.000 Orang yang memiliki denyut jantung lemah tercatat pernah melakukan kejahatan dengan kekerasan. Sementara 104.000 orang pernah berurusan dengan polisi, meskipun bukan tindak kejahatan dengan kekerasan.
Latvala mengatakan salah satu dugaan peneliti adalah tingginya kemauan untuk mengambil risiko. Seperti diketahui, orang dengan denyut jantung lemah memang sulit merasa tegang atau was-was sehingga lebih mungkin melakukan perilaku berisiko.
Denyut jantung lemah sendiri sebenarnya bukan merupakan gangguan medis. Pada atlet atau olahragawan, otot jantung mereka memang lebih kuat sehingga tak perlu tenaga besar untuk berdenyut. Akibatnya, denyut jantung mereka pun seringkali lebih rendah daripada kebanyakan orang.
sumber : health.detik.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar