PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - menyikapi hasil pertemuan rutin Bank Sentral AS pada 21 September nanti, para investor emas bersikap bijaksana dengan menahan diri dan tidak melawan sentimen dari The Federal Reserve.
Para manajer investasi besar, bahkan
pilih menyingkir dari pasar saat ini. Aksi jual yang mereka lakukan
telah memberikan tekanan pada harga emas diakhir pekan kemarin. Jumlah
posisi beli dipasar berjangka mengalami penurunan tajam. Ditengah laju
kenaikan harga emas dalam tiga bulan terakhir ini, aksi jual dilakukan
dalam ukuran terbesarnya. Bahkan pada perdagangan global ETF
(exchange-traded funds) yang berbasis logam mulia ini menurun dari
posisi puncaknya dalam tiga tahun terakhir dibulan Agustus kemarin.
Bulan ini, nampaknya akan mencatat kinerja penurunan harga yang paling
besar dalam sebulan ditahun ini. Indikasi ini terlihat dari jumlah suku
bunga terbuka (open interest) dalam perdagangan berjangka di New York
pada posisi terpanjang penurunannya sejak Mei silam.
Spekulasi memuncak dengan berbagai
lontaran dari pejabat-pejabat tinggi The Federal Reserve sebelumnya.
Hasil pertemuan rutin yang akan dikeluarkan pada 21 September nanti
mengisyaratkan adanya kenaikan suku bunga akan dilakukan. Tentu saja ini
akan menjadi kabar buruk bagi harga emas. Hingga Jumat kemarin,
tercatat harga emas ditahun ini mengalami kenaikan harga sebesar 24%
setelah suku bunga AS mengalami penundaan untuk dinaikkan.
The Fed memang mengisyaratkan akan
menaikkan suku bunga lewat indikasi dukungan berbagai pernyataan yang
bersifat hawkish. Dalam pertimbangan mereka, kenaikan suku bunga tidak
bisa ditunda-tunda lagi. Indikator ekonomi AS cukup menjadi pijakan
meskipun target inflasi belum tercapai. Tentu saja, kondisi yang
demikian ini akan lebih tepat jika investor telah melakukan aksi ambil
untung terlebih dahulu.
Aksi ambil untung yang dilakukan membuat
posisi beli mengalami penurunan dipasar berjangka emas dan opsi,
sebesar 11% menjadi hanya 248.858 kontrak saja selama sepekan hingga 13
September kemarin. Menurut CFTC (Commodity Futures Trading Commission)
sebagaimana dilansir oleh Bloomberg, bahwa penurunan ini merupakan yang
paling besar sejak 24 Mei silam. Padahal seminggu sebelumnyam jumlah
kontrak yang ditahan mencapai posisi tertinggi sejak 5 Juli silam,
sebanyak 278.994 kontrak.
sumber : financeroll.co.id
Tidak ada komentar :
Posting Komentar