PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas dunia dan juga harga emas Antam masih belum mencerminkan pergerakan stabil lantaran terus turun dan naik sejak awal pekan ini di tengah sentimen global dan dalam negeri. Meski demikian, harganya masih di level tinggi,
Berdasarkan data Refinitiv, harga emas dunia bergerak turun naik di awal pekan ini, sebelum berakhir menguat 0,75% ke US$ 1.912,89/troy ons. Indeks dolar AS yang pada Senin lalu melemah 0,35% menjadi pemicu penguatan emas dunia.
Pada, Selasa, pada pukul 16:33 WIB, emas masih stagnan di level US$ 1.912,86/troy ons, meski sebelumnya sempat turun ke US$ 1.905,7/troy ons, pada perdagangan Selasa malam pukul 22.12 WIB, harga emas spot mengacu data Kitco bergerak antara US$ 1.910-1.911/troy ons.
Kondisi kesehatan Presiden AS, menjadi pemicu membaiknya sentimen pelaku pasar, saat sentimen pelaku pasar membaik, investor cenderung mengalirkan investasinya ke aset-aset berisiko, dolar AS menjadi tak menarik.
Sementara itu, jika stimulus fiskal di AS cair, maka jumlah uang beredar akan semakin besar, dan nilai dolar AS pun turun. Stimulus ini juga memberikan efek ke berbagai aset, dolar AS melemah, saham menguat, dan emas juga melesat.
Stimulus fiskal, begitu juga dengan stimulus moneter merupakan "bahan bakar" bagi emas untuk melesat di tahun ini, secara teknikal, level US$ 1.900/troy ons masih akan menjadi kunci pergerakan emas di pekan ini, dan jangka panjang.
Harga emas sebelumnya tertekan setelah menembus batas bawah pola Descending Triangle (garis merah) di US$ 1.900/troy ons pada Selasa (22/9/2020) pekan lalu. Sehari setelahnya, emas langsung merosot.
Pola Descending Triangle terbentuk pada pada grafik harian. Batas bawah pola ini berada di kisaran US$ 1.900/troy ons, sementara titik tertingginya di US$ 2.072. Sehingga lebarnya pola Descending Triangle (garis kuning) sebesar US$ 172.
Dengan demikian, jika kembali ke bawah US$ 1.900/troy ons, emas masih berisiko merosot dengan target penurunan sebesar US$ 172 dari batas tersebut, yakni di US$ 1.728/troy ons untuk jangka menengah.
Pola Descending Triangle ini akan gagal jika emas kembali lagi ke atas US$ 1.900, yang artinya memasuki fase konsolidasi lagi.
Untuk menguat lebih lanjut dan membuka peluang kembali mencetak rekor tertinggi, emas perlu melewati rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA 50) yang menjadi resisten (area hijau) berada di kisaran US$ 1.945 sampai US$ 1.970/troy ons.
Sementara MA 100 di kisaran US$ 1.850 masih akan menjadi support (batas bawah) terdekat, jika ditembus peluang emas mencetak rekor lagi di sisa tahun ini akan tertutup, emas berisiko menuju US$ 1.728/troy ons.
Dari Tanah Air, harga mas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam juga kembali naik pada perdagangan Selasa kemarin (6/10/2020), meski tipis-tipis lagi, harga emas dunia yang kembali ke atas US$ 1.900/troy ons mengerek naik harga emas Antam.
Melansir data dari situs resmi logammulia.com milik Antam, harga emas batangan satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.017.000/batang naik Rp 2.000 atau 0,2% dibandingkan harga Senin.
Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,21% ke Rp 95.912.000/batang atau Rp 959.120/gram, dari dalam negeri, pelaku pasar keuangan juga mencermati aksi mogok nasional sebanyak sekitar 2 juta buruh selama 3 hari.
Dalam keterangan pers, perwakilan organisasi buruh menyatakan mogok nasional dimulai Selasa hingga Kamis mendatang, sebagai protes disahkannya UU Cipta Kerja (Ciptaker) oleh DPR Senin kemarin - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : cnbcindonesia.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar