PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Harga minyak yang merekam kenaikan bertahap minggu lalu, terpantau melandai pada sesi perdagangan Asia Senin pagi ini (25/September). Seusai pernyataan OPEC yang bernada optimis akhir minggu lalu, para investor nampaknya memutuskan untuk melakukan sejumlah profit taking, meski tanda-tanda fundamental mendukung kenaikan dalam jangka pendek.
Saat berita ini ditulis, West Texas Intermediate (WTI) menurun 0.26% ke $50.55 per barel, belum jauh dari level tertinggi sejak 25 Mei pada $51.11 yang tergapai hari Rabu lalu. Di sisi lain, harga minyak mentah Brent hanya selip 0.05% ke $56.82 per barel, setelah mengalami kenaikan 0.8% di hari Jumat. Penurunan harga minyak kali ini tidak, atau belum, terlihat signifikan.
Pemangkasan Output Telah Dongkrak Harga Minyak
Pada pertemuan antara negara-negara anggota OPEC dan beberapa produsen minyak Non-OPEC di Wina hari Jumat lalu, disampaikan bahwa kesepakatan pemangkasan output yang dijalankan sejak awal 2017 telah membantu mendongkrak harga minyak sebanyak sekitar 15 persen dalam tiga bulan terakhir.
"Sejak pertemuan terakhir kami pada bulan Juli, pasar minyak telah menunjukkan perbaikan," kata Menteri Perminyakan Kuwait, Essam Al-Marzouq, yang memimpin rapat Joint Ministerial Monitoring Committee tersebut.
Karenanya, untuk sementara ini, OPEC belum merasa perlu untuk memperluas kesepakatan pemangkasan output. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, mengatakan tidak mengekspektasikan akan ada pengumuman perpanjangan kesepakatan pemangkasan output sebelum Januari 2018; walau menteri-menteri lainnya yang menghadiri rapat mengindikasikan bahwa keputusan semacam itu bisa diambil sebelum akhir tahun ini.
Jumlah Sumur Pengeboran AS Berkurang
Sinyal bullish lain bagi pasar minyak bersumber dari laporan Baker Hughes pada Jumat malam. Baker Hughes menyebutkan bahwa jumlah sumur pengeboran minyak (oil drilling rigs) di AS berkurang dari 749 menjadi 744 dalam periode sepekan sebelumnya. Menurut Reuters, ini merupakan pekan ketiga berurutan di mana jumlah rigs mengalami penurunan, sejalan dengan pemangkasan rencana anggaran belanja perusahaan-perusahaan migas AS.
Sementara itu, pasar juga mengamati perkembangan di Korea Utara. Menteri Luar Negeri Korut pada hari Sabtu lalu mengatakan pada PBB bahwa Presiden Donald Trump telah membuat "kunjungan roket kami ke seluruh daratan AS menjadi tak terhindarkan" dengan menjuluki pimpinan Korea Utara, Kim Jong-Un, sebagai "Rocket Man" (Manusia Roket).
sumber : seputarforex.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar