RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas kembali melemah seiring menguatnya dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Rabu harga emas di pasar spot ditutup sedikit merosot 0,16% di posisi US$ 1.959,54 per troy ons.
Sementara, pada pukul 06.00 WIB Kamis, harga emas di pasar spot dibuka sedikit lebih rendah atau turun 0,02% di posisi US$ 1.959,19 per troy ons.
Emas melemah pada perdagangan Rabu seiring penguatan dolar, sementara ekspektasi bahwa The Federal Reserve AS akan segera menyelesaikan kenaikan suku bunganya membatasi penurunan emas batangan.
Indeks dolar menguat 0,35% di level 104,27. Hal ini membuat daya tarik emas sedikit berkurang karena semakin mahal dibeli. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun rebound sehingga membuat kurang menarik karena tidak menawarkan imbal hasil.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun meningkat ke 4,54% pada perdagangan kemarin, dari 4,44% pada hari sebelumnya.
"Imbal hasil kembali naik sehingga emas yang tadinya menguat kini melemah. Saya pikir outlook emas masih sangat bagus tetapi kenaikannya akan lebih terukur ke depan," tutur analis Tai Wong, kepada Reuters
Di luar dolar dan imbal hasil US Treasury, sejumlah data ekonomi AS sebenarnya mendukung penguatan emas.
AS merilis daya indeks harga produsen (PPI) dan penjualan ritel kemarin, Rabu. Kedua data tersebut semakin menegaskan jika inflasi AS memang sudah mendingin sehingga membawa harapan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melunak.
Indeks harga produsen AS terkontraksi 0,5% (month to month/mtm) pada Oktober 2023. Kontraksi ini adalah yang pertama sejak Mei dan terbesar sejak April 2020. Secara tahunan (year on year/yoy), harga produsen naik 1,3% dari Oktober 2022, melandai dari 2,2% pada September 2023 dan menjadi kenaikan terkecil sejak Juli.
Tidak termasuk biaya pangan dan energi yang fluktuatif, harga konsumen inti tidak berubah dari September hingga Oktober tetapi naik 2,4% (yoy). Kenaikan harga produsen inti dari tahun ke tahun merupakan yang terkecil sejak Januari 2021.
Hasil dari CPI dan PPI yang positif dapat terus mendukung harga emas dengan ekspektasi bahwa inflasi akan terus menurun sehingga menambah ekspektasi bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunganya.
Pasar memperkirakan kemungkinan 100% bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan Desember mendatang, menurut alat CME FedWatch.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kenaikan suku bunga mengurangi daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor juga mencermati data yang menunjukkan bahwa penjualan ritel AS turun pada Oktober 2023. Data penjualan ritel AS juga menunjukkan tren pelemahan. Secara bulanan (mtm), penjualan ritel AS terkontraksi 0,1% pada Oktober 2023, menjadi kontraksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Secara tahunan, penjualan ritel juga melandai menjadi 2,5% pada Oktober 2023, terendah dalam empat bulan terakhir - RIFAN FINANCINDO
Sumber : cnbcindonesia
Tidak ada komentar :
Posting Komentar