PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas bergerak datar pada hari Rabu setelah mencatat penurunan terburuk dalam sebulan terakhir usai Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengindikasikan bahwa lonjakan inflasi baru ini kemungkinan akan membuat suku bunga naik lebih dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal ini membuat logam mulia membalikkan hampir semua kenaikannya baru-baru ini dan jatuh mendekati level yang terakhir terlihat pada akhir Desember. Harga emas juga mencatatkan hari terburuknya lebih dari sebulan terakhir pada hari Selasa, anjlok hampir 2%.
Emas spot mendatar di $1.813,39/oz, dan emas berjangka turun 0,2% di $1.816.25/oz pukul 20:30 WIB (01:30 GMT).
Powell mengatakan dalam sebuah kesaksian di depan Kongres bahwa data terbaru telah menunjukkan inflasi tetap tinggi, dan kemungkinan akan mendorong kenaikan suku bunga yang lebih tinggi lagi oleh the Fed.
Ia memperingatkan bahwa bank sentral dapat kembali ke laju kenaikan yang lebih tajam pada bulan Maret, yang melihat peningkatan harga mayoritas trader mulai sebesar 50 basis poin (bps) bulan ini.
Kenaikan suku bunga sangat membebani pasar logam dengan meningkatkan biaya peluang untuk membeli aset yang tidak memberikan hasil. Lonjakan imbal hasil Treasury jangka pendek juga melanjutkan tren ini.
Fokus minggu ini yakni Beige Book The Fed, yang akan dirilis pada hari ini, untuk mendapat wawasan yang lebih dalam mengenai persepsi bank terhadap ekonomi AS. Data nonfarm payroll untuk bulan Februari akan dirilis pada hari Jumat, dengan tanda-tanda kekuatan yang terus berlanjut di pasar tenaga kerja memberikan ruang ekonomi yang lebih besar bagi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga.
Logam mulia lainnya melemah pada hari Rabu, menyusul penurunan sesi sebelumnya. Perak turun 0,5% di $29,102/oz, sementara platinum datar di $934,45/oz.
Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang, dan hampir mencapai level tertinggi dalam tiga bulan.
Di antara logam industri, harga tembaga rebound setelah anjlok 2,6% pada sesi sebelumnya, tatkala data perdagangan yang beragam dari China diperparah oleh kekhawatiran terhadap The Fed.
Harga tembaga naik hampir 0,5% di $3,9852. Sementara data pada hari Selasa menunjukkan bahwa China mencatat rekor surplus perdagangan tertinggi pada bulan Februari, impor negara itu menyusut jauh lebih besar, mengindikasikan bahwa permintaan di negara importir komoditas terbesar di dunia itu tetap lemah meskipun ada pencabutan pembatasan anti-COVID.
Prospek permintaan China yang lemah, ditambah dengan
kekhawatiran akan potensi resesi di bawah kenaikan suku bunga, sangat
membebani prospek harga tembaga - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : investing.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar