Rifan Financindo Berjangka– Laju
nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin
(8/6) sore melemah sebesar 90 poin menjadi Rp 13.380 per dolar AS
dibandingkan dengan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.290 per dolar AS.
Faktor eksternal menjadi salah satu sentimen utama yang menekan mata
uang rupiah terhadap dolar AS.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI)
pada Senin (8/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp
13.360 dibandingkan hari sebelumnya (5/6), Rp 13.288.
Belum
selesainya penyelesaian utang Yunani masih menjadi faktor negatif yang
mempengaruhi mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh data tenaga kerja
Amerika Serikat yang naik. Kondisi itu membuat spekulasi di pasar
keuangan bahwa bank sentral AS (the Fed) akan menaikkan suku bunga
acuannya pada tahun ini.
Spekulasi
itu yang mendorong investor pasar uang untuk menarik asetnya dari negara
berkembang menuju ke Amerika Serikat. Dari dalam negeri, cadangan
devisa Indonesia yang kembali turun pada Mei 2015 menjadi 110,77 miliar
dolar AS dari bulan sebelumnya 110,86 miliar dolar AS juga menambah
sentimen negatif bagi mata uang rupiah.
Secara
domestik dan global sentimennya cenderung negatif, sehingga hampir semua
mata uang negara berkembang juga mengalami penurunan. Dolar AS masih
mempertahankan penguatannya di sesi Asia. Hal itu karena data non farm payroll Amerika
Serikat melonjak sebesar 280.000 pada bulan Mei, itu adalah kenaikan
terbesar sejak Desember 2014. Data itu memicu ekspektasi untuk kenaikan
suku bunga oleh Federal Reserve sebelum akhir tahun ini. Bahkan muncul
spekulasi the Fed mungkin akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali
pada tahun ini.
sumber : Financeroll
Tidak ada komentar :
Posting Komentar