PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Buyer emas mungkin telah mengkhawatirkan hal terburuk dari pandangan terbaru Ketua Fed Jerome Powell tentang situasi pekerjaan AS.
Tetapi logam kuning bernasib baik pada hari Selasa pasalnya ketua bank sentral itu menenggelamkan dolar dengan mengatakan bahwa ia bersedia bersabar untuk membiarkan disinflasi, yang baru saja dimulai, melakukan pekerjaannya daripada memulai kenaikan suku bunga yang lebih besar.
Emas untuk penyerahan April di Comex New York naik ditutup naik 1% di $1.885,30 pada perdagangan Selasa dan emas spot berakhir naik 0,23% di $1.872,97.
Ini merupakan kenaikan dua hari berturut-turut setelah turun pada hari Jumat ke level terendah satu bulan di sekitar $1.860, setelah rilis laporan pekerjaan AS yang mengancam akan mengatur ulang poros kebijakan the Fed menuju kenaikan suku bunga yang lebih kecil. Sebelum pelemahan tersebut, kontrak emas untuk penyerahan April telah mencapai level tertinggi 9 bulan di sekitar $1.960.
Penutupan emas yang lebih tinggi pada hari Selasa, yang melihat puncak sesi di $1.896,95, terjadi karena Powell mengatakan dalam sebuah diskusi tentang ekonomi bahwa ia ingin memberikan disinflasi, yang baru saja dimulai, kesempatan untuk masuk meskipun The Fed dapat kembali ke kenaikan suku bunga yang lebih kuat jika pekerjaan AS dan pertumbuhan upah terus mengejutkan.
"Jika laporan pasar tenaga kerja yang kuat atau laporan inflasi yang tinggi terus berlanjut, The Fed kemungkinan perlu menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan saat ini," tandas Powell dalam sebuah diskusi membahas ekonomi yang diselenggarakan oleh Economic Club of Washington. Pada saat yang sama, Ketua The Fed itu menyatakan: "Disinflasi telah dimulai namun perjalanannya masih panjang. Proses ini kemungkinan akan memakan waktu yang cukup lama, kemungkinan akan bergelombang, tidak mulus."
Inflasi AS, yang diukur dengan IHK, atau Indeks Harga Konsumen, tumbuh 6,5% per tahun, paling lambat sejak Oktober 2021. Namun, angka tersebut mencapai lebih dari tiga kali lipat target Fed sebesar 2% per tahun. Sebelum perlambatan, inflasi mencapai level tertinggi selama empat dekade pada bulan Juni kala inflasi meningkat sebesar 9,1% secara tahunan akibat dampak dari triliunan dolar pengeluaran bantuan selama pandemi virus corona.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 basis poin selama setahun terakhir, membawa tingkatnya ke puncak 4,75% dari hanya 0,25% setelah wabah COVID-19 pada Maret 2020.
Panduan utama bank sentral untuk suku bunga adalah laporan bulanan nonfarm payroll, atau NFP, yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja. Pasar tenaga kerja telah menjadi raksasa pemulihan ekonomi AS dari pandemi, pasalnya ratusan ribu pekerjaan bertambah tanpa henti sejak Juni 2020 untuk menutupi hilangnya 20 juta pekerjaan akibat krisis COVID-19.
Meskipun The Fed telah mencoba mengimbangi laporan NFP untuk menetapkan kenaikan suku bunga yang sesuai, data pekerjaan terkadang dirilis setelah rapat bulanan suku bunga The Fed yang dijadwalkan. Contoh kasusnya adalah kenaikan suku bunga moderat pada bulan Februari sebesar 25 basis poin - dibandingkan dengan 50 basis poin pada bulan Desember - ketika Departemen Tenaga Kerja terlambat melaporkan lapangan kerja tumbuh menjadi 517.000 dari 260.000 pada bulan sebelumnya.
"Pasar tenaga kerja sangat kuat," Powell mengakui dalam diskusi hari Selasa soal ekonomi. "Kami pikir ini akan menjadi sebuah proses yang membutuhkan waktu yang cukup lama" untuk mendingin, tambahnya.
Powell juga mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu hingga 2024 bagi The Fed untuk mengembalikan inflasi ke 2% per tahun - sebuah target yang telah dipegang oleh bank sentral selama seperempat abad dan yang ia gambarkan sebagai "tolok ukur global". "Hampir pasti akan membutuhkan waktu hingga tahun depan untuk turun ke 2%," katanya.
Keputusan suku bunga the Fed berikutnya yakni pada 16 Maret, setelah rilis laporan NFP Februari pada 3 Maret.
Jika ada putaran lain dari pertumbuhan pekerjaan yang memusingkan bulan ini, maka FOMC, atau Komite Pasar Terbuka Federal, yang membuat kebijakan bank sentral, hampir pasti akan memikirkan kembali manfaat dari melanjutkan kenaikan 25 basis poin di bulan Februari, kata para analis, yang melihat potensi kembali ke kenaikan 50 basis poin di bulan Desember.
Risiko sebenarnya adalah berapa banyak kenaikan suku bunga yang dapat kita alami ke depan, bukannya jumlah kenaikan berikutnya," kata Saira Malik, kepala investasi di manajer aset Nuveen.
Powell, dalam konferensi pers setelah rapat FOMC bulan ini, mengatakan bahwa ia memperkirakan "beberapa kali" kenaikan untuk menaikkan suku bunga ke tingkat yang ia sebut sebagai "langkah restriktif" untuk memerangi inflasi. Dua rapat Fed berikutnya jatuh di bulan Maret dan Mei.
Namun, para ekonom memperkirakan bahwa pasar tenaga kerja yang bergejolak akan memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga setidaknya dua kali lagi di luar perkiraan Powell. Rapat FOMC setelah bulan Mei dijadwalkan hadir pada bulan Juni dan Juli - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG
Sumber : investing.com