RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas dunia turun pada perdagangan kemarin. Penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menekan harga sang logam mulia.
Harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 2,298,5/troy ons. Terpangkas 0,93% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak 7 Juni atau hampir 3 minggu terakhir.
Dalam sepekan terakhir, harga emas berkurang 1,32% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga jatuh 2,29%.
Saat ini, pasar merespons penguatan dolar AS dan kemungkinan bank sentral Federal Reserve tidak bisa menurunkan suku bunga acuan pada musim panas ini,” kata Bart Melek, Head of Commodity Strategies di TD Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News. Kemarin, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,36% ke 106,05, tertinggi sejak 30 April atau hampir 2 bulan terakhir. Bahkan indeks ini sempat menyentuh level 107 pada perdagangan intraday.
Emas dan dolar AS memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS menguat, biasanya harga emas bergerak sebaliknya.
Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terapresiasi, emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan turun, harga pun mengikuti.
Penguatan dolar AS dipicu oleh pernyataan Anggota Dewan Gubernur The Fed Michelle ‘Miki’ Bowman. Dalam sebuah acara di London (Inggris), Bowman menyebut menahan suku bunga acuan di levell saat ini untuk sementara waktu mungkin sudah cukup untuk membawa inflasi turun ke arah target 2%. Bowman pun menegaskan dirinya tidak memperkirakan Federal Funds Rate bisa turun tahun ini.
Saat ditanya apakah dirinya menilai suku bunga acuan tidak bisa turun tahun ini, Bowman menjawab:
Ya,
itu masih menjadi pandangan saya. Saya tidak memperkirakan penurunan
suku bunga tahun ini, saya menaruh itu (penurunan suku bunga) untuk
tahun-tahun ke depan.
Saat ini, dengan ketidakpastian prospek ekonomi dan data yang ada, kami dalam posisi yang baik meski situasi bisa berkembang. Saat data yang masuk mengindikasikan bahwa inflasi turun ke arah 2% secara berkelanjutan, maka menjadi layak (appropriate) untuk menurunkan suku bunga acuan secara bertahap. Namun, kita belum sampai ke titik itu dan saya akan tetap hati-hati,” papar Bowman.
Merespons pernyataan tersebut, pelaku pasar menjadi gusar. Akibatnya, peluang penurunan suku bunga acuan pada September menipis.
Sumber : bloomberg
Tidak ada komentar :
Posting Komentar