PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, tiga indeks saham
utama AS kembali ditutup di teritori negatif dan memperpanjang kelesuan
di awal kuartal 2, dengan DJIA memimpin kejatuhan sebesar 1% pada
perdagangan Selasa (02/04/24) sementara yield US Treasury tenor 10 tahun
menyentuh titik tertinggi 4 bulan setelah data menunjukkan permintaan
tenaga kerja yang kuat, dengan demikian memicu kekhawatiran Federal
Reserve akan menunda pemotongan suku bunga.
US Dollar juga sempat menyentuh titik tertinggi 4 bulan sebelum
ditutup lebih rendah, seiring antisipasi atas pemerintah Jepang yang
akan mengintervensi Yen, membatasi kekuatan Dollar atas mata uang Negeri
Sakura tersebut.
Dollar Index yang mengukur kekuatan USD atas 6 mata uang major dunia lainnya, tergerus 0.21%; sementara mencatatkan puncak harga terbaru.
Yield US Treasury sesungguhnya telah mulai naik hari Senin semenjak
data manufaktur tumbuh ekspansif ke atas angka 50 untuk pertama kalinya
sejak September 2022 dan PCE price index pekan lalu pun direvisi lebih
tinggi untuk bulan Januari seiring belanja masyarakat booming di bulan Februari.
US10YT menyentuh yield 4.405%, terkuat sejak 28 November.
Sementara obligasi negara AS tenor 2 tahun yang paling merefleksikan perkiraan suku bunga, jatuh 2.5 bps ke yield 4.693%.
Dua pejabat penting bank sentral AS kembali menyuarakan tidak perlu
buru-buru memangkas suku bunga apabila Inflasi masih di atas target bank
sentral 2%.
Alat survey CME FedWatch Tool menyatakan saat ini peluang pemotongan
Fed Fund Rate di bulan Juni sebesar 62%, turun dari probabilitas 70%
sepekan lalu.
Data tenaga kerja akan jadi fokus pelaku pasar pekan ini, di mana
laporan penting Nonfarm Payroll bulan Maret sedianya akan dirilis hari
Jumat dengan perkiraan adanya 205 ribu pekerjaan baru di bulan Maret,
melambat dari 275 ribu di bulan Februari, di mana ekonomi AS diharapkan
mendarat pada kondisi soft-landing (di kala Inflasi mampu melandai namun ekonomi secara keseluruhan tidak begitu terdampak negatif).
Dalam rangkaian laporan tenaga kerja, hari ini giliran ADP Nonfarm
Employment Change yang diperkirakan akan memberikan angka lebih tinggi
di bulan Maret sebesar 148 ribu, dibanding 140 ribu pada Februari.
Tak lupa akan dipantau angka PMI manufaktur dari S&P Global dan
PMI service dari ISM, melengkapi statement lain dari pejabat penting The
Fed berikutnya.
DATA EKONOMI AS: JOLTs Job Openings yang mendata permintaan tenaga
kerja alias lowongan pekerjaan, justru naik 8000 ke angka 8.756 juta
pada bulan Februari, lebih tinggi dari pembacaan Januari yang direvisi
lebih rendah menjadi 8.748 juta; demikian dilaporkan oleh Departemen
Tenaga Kerja AS. Pelaku pasar menyikapi kenyataan bahwa ekonomi AS masih
terbilang kuat di tengah trend naik suku bunga yang tampaknya punya
resiko sulit turun dalam waktu dekat. Menambah sentimen negatif, harga
saham Tesla drop 4.9% setelah berita pengiriman mobil kuartalan turun
untuk pertama kali dalam 4 tahun dan tak mampu penuhi perkiraan analis
Wall Street.
MARKET EROPA: Index saham Eropa STOXX 600 juga ditutup terdepresiasi
0.8% di titik terendah 1 minggu setelah sempat menyentuh titik rekor High intraday.
Aktifitas manufaktur EUROZONE terkontraksi dengan laju yang semakin
menukik pada bulan Maret, seiring permintaan terus melemah dan Inflasi
JERMAN pun melandai. Obligasi negara Jerman tenor 10 tahun jatuh 1.2 bps
ke level yield 2.398%. Hari ini akan dinantikan data Inflasi Eurozone
yang lebih luas, yang akan memberi indikasi mengenai kapan European
Central Bank akan memulai pemotongan suku bunga.
MARKET ASIA: Yen Jepang berbalik menguat 0.03% versus Dollar pada
level 151.57 setelah sempat terdepresiasi ke 151.79. Pemerintah Jepang
mulai merasa urgensi untuk intervensi Yen Jepang yang kian rontok sempat
ke level 151.975/USD demi mengendalikan gerakan mata uang yang liar
tersebut. Dalam pekan PMI, JEPANG dan CHINA akan laporkan Services PMI
mereka hari ini.
KOMODITAS: Harga MINYAK
sempat menyentuh level USD 89/barrel untuk pertama kalinya sejak bulan
Oktober (sebelum akhirnya ditutup pada angka USD 88.92/barrel), seiring
munculnya ancaman baru atas persediaan minyak global dari serangan
teranyar Ukraina pada fasilitas energi Russia di hari Selasa. EMAS
mencapai titik rekor terbaru secara para trader memburu aset safe-haven
terkait meningkatnya tensi geopolitik di wilayah Timur Tengah, seraya
mengacuhkan Dollar yang masih menguat dan goyahnya peluang pemotongan
suku bunga AS. Spot harga emas sempat menyentuh USD 2276.89/ounce;
sementara futures emas malah lebih tinggi lagi 1.1% di angka USD
2281.8/ounce. Apresiasi harga minyak juga terbantu oleh data persediaan
minyak mentah AS yang anjlok lebih banyak dari ekspektasi, Seperti di
laporkan oleh American Petroleum Institute untuk pekan yang berakhir 29
Maret, tergerus 2,3 juta barel (lebih tinggi dari perkiraan 2 juta
barrel) menyusul penambahan 9.3 juta barrel di pekan sebelumnya. Hari
ini giliran pemerintah AS yang akan merilis angka stok persediaan minyak
mentah mingguan di mana diperkirakan akan berkurang 2 juta barrel.
kemarin (02/4) nyatanya berhasil ditutup di territory positif 7237
setelah sempat berkubang kembali di zona merah, membalikkan penguatan 32
pts atau 0.44%. Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, analis NH
Korindo Sekuritas harus memberi warning jika penguatan ini
tidak akan awet berhubung sentimen regional kurang mendukung sementara
posisi nilai tukar Rupiah juga belum banyak perbaikan saat ini di IDR
15882/USD.
“Our best advise adalah untuk lebih banyak pertahankan sikap WAIT & SEE dan gunakan momentum penguatan untuk kurangi posisi di harga yang lebih baik, ada baiknya pertimbangkan kurangi size portfolio mengantisipasi libur panjang Idul Fitri. Secara teknikal, indeks membentuk pola hammer di level support,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Rabu - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA
Sumber : investing