RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Dolar Amerika Serikat sedikit melemah pada Rabu petang sejalan dengan meningkatnya spekulasi pemulihan ekonomi global dari COVID-19 mendorong minat risiko investor.
Indeks dolar AS turun tipis 0,04% ke 90,127 pukul 13.14 WIB menurut data Investing.com. Pasangan USD/JPY menguat 0,24% di 105,50, AUD/USD turun tipis 0,03% ke 0,7908 dan NZD/USD menguat 0,29% ke 0,7361.
Pasangan USD/CNY turun tipis 0,04% di 6,4612.
Adapun GBP/USD terus naik 0,35% di 1,4160. Pound naik ke level tertinggi sejak April 2021 setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan rencana untuk melonggarkan pembatasan penguncian saat ini secara bertahap seiring berlanjutnya peluncuran vaksin COVID-19 negara itu dengan cepat.
Rupiah pun menguat tipis 0,01% ke 14.089,0 per dolar AS sampai pukul 12.29 WIB, sedangkan EUR/USD turun tipis 0,02% di 1,2146 pukul 13.18 WIB.
NZD menjadi fokus perhatian saat sesi Asia dibuka. Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) mengatakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah sebesar 0,25% sesuai dengan ekspektasi. Investor juga menunggu komentar dari pejabat RBNZ yang positif tentang prospek ekonomi.
Namun, beberapa investor mengatakan kepada Reuters bahwa bank sentral dapat menaikkan suku bunga pada akhir 2022 lantaran ekonominya pulih lebih cepat dari yang diharapkan dari COVID-19.
Di seberang Samudra Pasifik, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menegaskan kembali komitmen bank sentral untuk suku bunga rendah dan pembelian obligasi guna mendukung pemulihan ekonomi AS. Namun, dukungan Fed bisa menjadi faktor negatif jangka panjang bagi greenback.
"Tanda-tanda pemulihan ekonomi mengangkat harga komoditas, yang pada gilirannya mendukung mata uang eksportir komoditas ... selera risiko telah meningkat pesat, dan ini membuat dolar berada pada posisi yang sangat merugikan," ahli strategi valuta asing IG Securities Junichi Ishikawa mengatakan kepada Reuters.
Powell juga menepis kekhawatiran bahwa kebijakan moneter yang longgar dapat menyebabkan inflasi dan gelembung keuangan yang telah mendominasi 2021 sejauh tumbuhnya skeptisisme atas reli saham global.
Bersamaan, investor beralih ke mata uang yang akan memperoleh keuntungan dari meningkatnya perdagangan global, dan negara-negara yang membuat kemajuan dalam pemulihan COVID-19, juga berkontribusi pada penurunan dolar.
Sementara itu, para bankir sentral yang ekonominya melihat lebih sedikit gangguan dari COVID-19 menghadapi dilema yang berlawanan, apakah akan memperketat kebijakan moneter mereka. Jika mereka mulai melakukannya, dolar akan bisa kehilangan lebih banyak daya tariknya, beberapa investor mengingatkan - RIFAN FINANCINDO
Sumber : investing.com