RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas naik 6,5% year-to-date/ytd dengan pergerakan harga koreksi lebih rendah dalam beberapa hari terakhir karena menguatnya dolar.
Dalam sebuah laporan kepada klien yang dikirim pada hari Selasa, analis UBS menyoroti peran penting yang dimainkan oleh bank-bank sentral dan perubahan sikap terhadap emas dalam mendukung nilai logam mulia ini selama satu dekade terakhir.
Selama bertahun-tahun, bank-bank sentral merupakan penjual emas (net sellers) atau mengakumulasi emas dalam jumlah yang relatif kecil. Namun, tren ini mulai berubah selama dan setelah krisis keuangan global (GFC) pada tahun 2008, ketika program pelonggaran kuantitatif diimplementasikan, terutama oleh Federal Reserve.
Bank-bank sentral mulai melihat emas sebagai sarana diversifikasi. Peristiwa geopolitik baru ini, seperti perang di Ukraina dan sanksi terkait terhadap bank sentral Rusia oleh negara-negara Barat, telah mempercepat tren pembelian emas oleh bank sentral. Peristiwa-peristiwa ini telah menggarisbawahi peran emas sebagai aset safe haven.
Menurut UBS, bank-bank sentral secara kolektif membeli total bersih 1.082 metrik ton emas tahun lalu. Raksasa perbankan investasi ini mengantisipasi bahwa bank-bank sentral akan terus meningkatkan kepemilikan emasnya, dengan proyeksi pembelian 700 metrik ton lagi pada tahun ini.
Jika proyeksi ini terwujud, ini akan menjadi salah satu tingkat pembelian emas tertinggi dalam satu tahun sejak pertengahan 1960-an.
Satu bank sentral sangat aktif dalam konteks ini. UBS memantau dengan cermat bank sentral China dan pembelian emas serta kuota impornya. Mereka menunjukkan bahwa China menerapkan strategi multiyears untuk mengumpulkan emas, dengan permintaan domestik yang kuat yang diindikasikan oleh peningkatan harga premium Shanghai.
Kami menegaskan kembali manfaat diversifikasi emas dalam konteks portofolio," tulis analis dalam sebuah laporan - RIFAN FINANCINDO
Sumber : investing
Tidak ada komentar :
Posting Komentar