RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas dan tembaga menyentuh level tertinggi dua minggu pada hari Kamis setelah perkiraan kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell mendorong reli di pasar logam, sementara pelonggaran lockdown COVID-19 di China juga membantu sentimen.
Ketua Fed mengatakan dalam sebuah pidato di Washington bahwa bank sentral kemungkinan akan memoderasi laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, saat melangkah mundur untuk mengamati efek kenaikan suku bunga yang besar pada ekonomi tahun ini.
Tetapi Powell mengingatkan bahwa suku bunga AS akan mencapai puncaknya di tingkat yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, sebagian besar karena inflasi tetap tinggi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, pengukur inflasi pilihan Fed, mencapai sekitar 5% pada bulan Oktober, jauh di atas target 2% Fed.
Tetapi komentar Powell masih memicu reli luas di pasar logam, pasalnya prospek kenaikan suku bunga yang lebih lambat menawarkan bantuan jangka pendek ke pasar yang terpukul oleh kenaikan suku bunga tahun ini.
Emas spot naik 0,4% di $1.776,58/oz, dan emas berjangka yang berakhir pada bulan Februari naik 0,2% di $1.789,85/oz pukul 07.46 WIB. Kedua instrumen menguat lebih dari 1% pada hari Rabu, dan diperdagangkan di level tertinggi dua minggu.
Harga emas juga mencatat kenaikan kuat pada bulan November usai beberapa pejabat Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, prospek logam kuning ini diselimuti oleh ketidakpastian di mana suku bunga AS akan mencapai puncaknya, mengingat bahwa tingkat terminal Fed akan sangat ditentukan oleh jalur inflasi AS.
Di antara logam industri, harga tembaga melonjak ke level tertinggi lebih dari dua minggu dalam sinyal positif dari potensi pembukaan kembali di China.
Harga tembaga berjangka stabil di sekitar $3,7838 pada hari Kamis, setelah reli lebih dari 4% di sesi sebelumnya - hari terbaiknya dalam hampir sebulan.
China mengurangi pembatasan terkait COVID di dua kota besar minggu ini di tengah meningkatnya penolakan publik terhadap kebijakan zero-COVID yang ketat di negara itu, yang menyaksikan aksi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya memanaskan beberapa wilayah negara itu.
Kebijakan zero-COVID China menyebabkan gangguan ekonomi yang meluas di negara itu tahun ini, mengganggu aktivitas bisnis dan juga membebani minat atas komoditasnya.
Tetapi potensi pembukaan kembali di negara importir tembaga terbesar di dunia ini sebagian besar diperkirakan akan memicu pemulihan permintaan dan menguntungkan harga tembaga - RIFAN FINANCINDO
Sumber : investing.com