RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat didorong sektor saham teknologi. Sebagian investor pun mengabaikan data ekonomi inflasi AS yang jinak dan risalah tidak mengejutkan dari pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve pada Maret 2019.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 6,58 poin atau 0,03 persen menjadi 26.157,16. Indeks saham S&P 500 menguat 10,04 poin atau 0,35 persen menjadi 2.888,24. Indeks saham Nasdaq bertambah 54,97 poin atau 0,69 persen menjadi 7.964,24.
Saham industri bikin indeks saham Dow Jones tertahan. Tiga indeks saham acuan wall street stabil setelah rilis risalah pertemuan the Fed yang menegaskan kembali kesabaran bank sentral AS mengenai kenaikan suku bunga ke depan.
"Rilis risalah rapat the Fed tidak terlalu pengaruhi, persis seperti yang diperkirakan pasar. Begitulah bank sentral AS. Mereka ingin menegaskan kembali harapan yang ada, yang mereka lakukan," ujar Wakil Presiden Wedbush Securities, Stephen Massocca, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (11/4/2019).
Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS, harga inti konsumen AS menguat dengan laju tahunan paling lambat dalam setahun. Data inflasi ini semakin mendukung keputusan the Fed untuk menunda kenaikan suku bunga.
"Angka inti tidak menunjukkan inflasi dan berita utama mencerminkan harga bensin lebih tinggi yang merupakan angin bagi pertumbuhan, pajak pada konsumen," ujar Bucky Hellwig, Wakil Presiden Senior BB&T Wealth Management.
Selain itu, para sejumlah bos dari beberapa bank terbesar AS bersaksi di depan Kongres untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan 2007-2009. Hal ini terjadi beberapa hari sebelum bank melaporkan hasil kuartalan di tengah harapan lebih rendah oleh para analis.
Perkiraan laba untuk kuartal I turun dalam enam bulan terakhir. Dengan laba perusaaan di indeks S&P 500 terlihat merosot 2,5 persen, yang akan menandai kontraksi pertama year on year (YoY) sejak 2016. Berdasarkan data Refinitiv.
Musim laporan keuangan dimulai saat Delta Air Lines menaikkan ramalan pendapatannya dan membukukan laba lebih baik dari perkiraan. Hal itu mengangkat saham perusahaan penerbangan sebesar 1,6 persen di wall street.
Gerak Saham di Wall Street
Di sisi lain, saham Levi Strauss and Co membukukan kenaikan pendapatan tujuh besar dalam laporan keuangan pertamanya sejak kembali ke bursa saham. Saham Levi Strauss pun naik 4 persen.
Dari 11 sektor utama di indeks saham S&P 500, delapan sektor saham berakhir di wilayah positif. Sementara itu, Boeing Co bebani industri karena memperpanjang kerugian. Saham Boeing Co turun 1,1 persen.
Saham Tesla Inc naik 1,4 persen usai anggota parlemen AS memperkenalkan undang-undang yang akan perluas kredit pajak kendaraan listrik. Saham ConAgra menguat 6,7 persen setelah memberikan perkiraan optimistis kepada investornya. Saham First Solar Inc melonjak 8,3 persen usai Goldman Sachs menambahkan saham First Solar. Kemudian saham Houseware, Bed Bath and Beyond menguat lebih dari 8 persen.
Volume perdagangan saham di wall street tercatat 6,15 miliar saham dibandingkan rata-rata perdagangan 7,2 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.
Perdagangan Saham di Bursa AS Kemarin
Sebelumnya, Wall Street terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kejatuhan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini karena pelemahan sektor-sektor yang sensitif terhadap perdagangan.
Hal tersebut terjadi karena semakin memanaskan tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan Eropa. Selain itu, langkah IMF menurunkan prospek ekonomi global juga menjadi mendorong pelemahan Wall Street.
Mengutip Reuters, Rabu 10 April 2019, Dow Jones Industrial Average turun 190,44 poin atau 0,72 persen menjadi 26.150,58. Untuk S&P 500 kehilangan 17,57 poin atau 0,61 persen menjadi 2.878,2. Sedangkan Nasdaq Composite turun 44,61 poin atau 0,56 persen menjadi 7.909,28.
Ketiga indeks utama AS menyelesaikan sesi di zona merah dengan S&P 500 mengakhiri reli yag dicerak selama delapan hari.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia akan mengenakan tarif sebesar USD 11 miliar untuk barang-barang dari Eropa. Hal tersebut menjadi ancaman yang cukup besar untuk berubah menjadi perang dagang.
"Masalah tarif Eropa mengejutkan banyak orang, sama seperti sebelumnya saat munculnya perang dagang antara AS dengan China," kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel, Charlottesville, Virginia, AS.
sumber : bisnis.liputan6.com
baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat
Tidak ada komentar :
Posting Komentar